Kamis, 31 Mei 2012




Asal Usul Suku Dayak



Sejarah
Ada banyak pendapat tentang asal-usul orang Dayak. Sejauh ini belum ada yang sungguh memuaskan. Pendapat umumnya menempatkan orang Dayak sebagai salah satu kelompok suku asli terbesar dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan. Gagasan (penduduk asli) ini didasarkan pada teori migrasi penduduk ke Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu, diduga nenek moyang orang Dayak berasal dari beberapa gelombang migrasi.
Gelombang pertama terjadi kira-kira 1 juta tahun yang lalu tepatnya pada periode Interglasial-Pleistosen. Kelompok ini terdiri dari ras Australoid (ras manusia pre-historis yang berasal dari Afrika). Pada zaman Pre-neolitikum, kurang lebih 40.000-20.000 tahun lampau, datang lagi kelompok suku semi nomaden (tergolong manusia modern, Homo sapiens ras Mongoloid). Penggalian arkeologis di Niah-Serawak, Madai dan Baturong-Sabah membuktikan bahwa kelompok ini sudah menggunakan alat-alat dari batu, hidup berburu dan mengumpulkan hasil hutan dari satu tempat ke tempat lain. Mereka juga sudah mengenal teknologi api. Kelompok ketiga datang kurang lebih 5000 tahun silam. Mereka ini berasal dari daratan Asia dan tergolong dalam ras Mongoloid juga. Kelompok ini sudah hidup menetap dalam satu komunitas rumah komunal (rumah panjang?) dan mengenal tekhnik pertanian lahan kering (berladang). Gelombang migrasi itu masih terus berlanjut hingga abad 21 ini. Teori ini sekaligus menjelaskan mengapa orang Dayak memiliki begitu banyak varian baik dalam bahasa maupun karakteristik budaya.
Dayak pada masa kini
Dewasa ini suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni:[Kenyah-Kayan-Bahau],[Ot Danum],[Iban],[Murut],[Klemantan] dan [Punan]. Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam kurang lebih 405 sub-rumpun. Meskipun terbagi dalam ratusan sub-rumpun, kelompok suku Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah suatu subsuku di Kalimantan dapat dimasukkan ke dalam kelompok Dayak. Ciri-ciri tersebut adalah rumah panjang,hasil budaya material seperti tembikar,[mandau],sumpit,beliong(kampak Dayak),pandangan terhadap alam,mata pencaharian(sistem perladangan),dan seni tari. Perkampungan Dayak biasanya disebut:[lewu]/[lebu],sedangkan perkampungan kelompok suku-suku Melayu disebut:[benua]/[banua]. Di kecamatan-kecamatan di Kalimantan yang merupakan wilayah adat Dayak dipimpin seorang Kepala Adat yang memimpin satu atau dua suku Dayak yang berbeda,tetapi di daerah perkampungan suku-suku Melayu tidak ada sistem kepemimpinan adat kecuali raja-raja lokal.
Menurut Prof. Lambut dari[Univesitas Lambung Mangkurat],secara rasial, manusia Dayak dapat dikelompokkan menjadi : – Dayak [Mongoloid] – Dayak [Melayu|Malayunoid] – Dayak [Australoid|Autrolo-Melanosoid] – Dayak [Heteronoid]
Senjata Sukubangsa Dayak
Sipet / Sumpitan. Merupakan senjata utama suku dayak. Bentuknya bulat dan berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5 – 2,5 meter, ditengah-tengahnya berlubang dengan diameter lubang ¼ – ¾ cm yang digunakan untuk memasukan anak sumpitan (Damek). Ujung atas ada tombak yang terbuat dari batu gunung yang diikat dengan rotan dan telah di anyam. Anak sumpit disebut damek, dan telep adalah tempat anak sumpitan.
Lonjo / Tombak. Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan dan bertangkai dari bambu atau kayu keras.
Telawang / Perisai. Terbuat dari kayu ringan, tetapi liat. Ukuran panjang 1 – 2 meter dengan lebar 30 – 50 cm. Sebelah luar diberi ukiran atau lukisan dan mempunyai makna tertentu. Disebelah dalam dijumpai tempat pegangan.
Mandau. Merupakan senjata utama dan merupakan senjata turun temurun yang dianggap keramat. Bentuknya panjang dan selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk tatahan maupun hanya ukiran biasa. Mandau dibuat dari batu gunung, ditatah, diukir dengan emas/perak/tembaga dan dihiasi dengan bulu burung atau rambut manusia. Mandau mempunyai nama asli yang disebut “Mandau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai religius, karena dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang sering dipakai sebagai bahan dasar pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu: Batu Sanaman Mantikei, Batu Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.
Dohong. Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam sebelah menyebelah. Hulunya terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini hanya boleh dipakai oleh kepala-kepala suku, Demang, Basir.
Totok Bakakak (kode) yang umum dimengerti Sukubangsa Dayak
Mengirim tombak yang telah di ikat rotan merah (telah dijernang) berarti menyatakan perang, dalam bahasa Dayak Ngaju “Asang”.
Mengirim sirih dan pinang berarti si pengirim hendak melamar salah seorang gadis yang ada dalam rumah yang dikirimi sirih dan pinang.
Mengirim seligi (salugi) berarti mohon bantuan, kampung dalam bahaya.
Mengirim tombak bunu (tombak yang mata tombaknya diberi kapur) berarti mohon bantuan sebesar mungkin karena bila tidak, seluruh suku akan mendapat bahaya.
Mengirim Abu, berarti ada rumah terbakar.
Mengirim air dalam seruas bambu berarti ada keluarga yang telah mati tenggelam, harap lekas datang. Bila ada sanak keluarga yang meninggal karena tenggelam, pada saat mengabarkan berita duka kepada sanak keluarga, nama korban tidak disebutkan.
Mengirim cawat yang dibakar ujungnya berarti salah seorang anggota keluarga yang telah tua meninggal dunia.
Mengirim telor ayam, artinya ada orang datang dari jauh untuk menjual belanga, tempayan tajau.
Daun sawang/jenjuang yang digaris (Cacak Burung) dan digantung di depan rumah, hal ini menunjukan bahwa dilarang naik/memasuki rumah tersebut karena adanya pantangan adat.
Bila ditemukan pohon buah-buahan seperti misalnya langsat, rambutan, dsb, didekat batangnya ditemukan seligi dan digaris dengan kapur, berarti dilarang mengambil atau memetik buah yang ada dipohon itu.
Tradisi Penguburan
Tradisi penguburan dan upacara adat kematian pada suku bangsa Dayak diatur tegas dalam hukum adat. Sistem penguburan beragam sejalan dengan sejarah panjang kedatangan manusia di Kalimantan. Dalam sejarahnya terdapat tiga budaya penguburan di Kalimantan :
penguburan tanpa wadah dan tanpa bekal, dengan posisi kerangka dilipat.
penguburan di dalam peti batu (dolmen)
penguburan dengan wadah kayu, anyaman bambu, atau anyaman tikar. Ini merupakan sistem penguburan yang terakhir berkembang.
Pada umumnya terdapat dua tahapan penguburan:
penguburan tahap pertama (primer)
penguburan tahap kedua (sekunder).
Penguburan sekunder
Penguburan sekunder tidak lagi dilakukan di goa. Di hulu sungai Bahau dan cabang-cabangnya di Kecamatan Pujungan, Malinau, Kaltim, banyak dijumpai kuburan tempayan-dolmen yang merupakan peninggalan megalitik. Perkembangan terakhir, penguburan dengan menggunakan peti mati (lungun) yang ditempatkan di atas tiang atau dalam bangunan kecil dengan posisi ke arah matahari terbit.
Masyarakat Dayak Ngaju mengenal tiga cara penguburan, yakni :
dikubur dalam tanah
diletakkan di pohon besar
dikremasi dalam upacara tiwah.
Prosesi penguburan sekunder
Prosesi penguburan sekunder
Tiwah adalah prosesi penguburan sekunder pada penganut Kaharingan, sebagai simbol pelepasan arwah menuju lewu tatau (alam kelanggengan) yang dilaksanakan setahun atau beberapa tahun setelah penguburan pertama di dalam tanah.
Ijambe adalah prosesi penguburan sekunder pada Dayak Maanyan. Belulang dibakar menjadi abu dan ditempatkan dalam satu wadah.
wara
marabia
mambatur (Dayak Maanyan)
kwangkai (Dayak Benuaq)

Macam Suku Dayak
Suku Dayak Abal
Suku Dayak Bakumpai
Suku Dayak Bentian
Suku Dayak Benuaq
Suku Dayak Bidayuh
Suku Dayak Bukit
Suku Dayak Darat:Dayak Mali
Suku Dayak Dusun
Suku Dayak Dusun Deyah
Suku Dayak Dusun Malang
Suku Dayak Dusun Witu
Suku Dayak Kadazan
Suku Dayak Lawangan
Suku Dayak Maanyan
Suku Dayak Mali
Suku Dayak Mayau
Suku Dayak Meratus
Suku Dayak Mualang
Suku Dayak Ngaju
Suku Dayak Ot Danum
Suku Dayak Samihim
Suku Dayak Seberuang
Suku Dayak Siang Murung
Suku Dayak Tunjung
Suku Dayak Kebahan
Suku Dayak Keninjal


Keberadaan penjajah di bumi Borneo membuat berbangai perlawanan yang di lakukan poleh masyarakat adat salah satunya adalah Perang Apang Semangai. Perasaan ingin merdeka kembali, tetap bernyala-nyala dalam dada setiap masyarakat adapt Dayak di Sintang. Mereka sama sekali tidak mau membayar upeti kepada penjajah,

Untuk menentang pajak yang di pungut oleh pihak penjajah, bangkit seorang yang bernama DUNDA alias Ampang Semangai yang berasal dari Nanga Payak. Ia menyusun kekuatan untuk melawan Belanda. Namun sayang sekali, rencana yang semula tersusun dengan baik di ketahui oleh pihak Belanda.
Belanda dengan Controleurnya Jansen bersama pasukan, maju menyusuri sungai Payak, mencari Jejak Apang Semangai. Namun kedatangan pesukan Belandah juga telah di ketahui oleh Apang Semangai. Pasukan yang sudah ada sebelumnya di persiapkan untuk menghadang Belanda, serta strategi perang dengan mempersiapkan penembak jutu di tepian sunagi Payak.

Setelah lama menunggu akhirnya pajukan belanda yang di pimpin oleh Controleurnya Jansen muncul dengan perahu atau sampan. Pasuka penembak jitu langsung mengarahkan senjata laras panjang kearah Jansen dan akhirnya tepa sasarat yang mengakibat ka tewasnya Controleur Jansen. Tiga oeang pengawalnya lari meninggalkan Jansen. Seorang anak bua Apang Semangai turun dari sebatang kayu di tempat ia mengintai dan menembak, masuk sampan Jansen dan memotok kepalanya. Tubuh Jansen yang tak berkepala dihanyutkan ke sungai Payak.

Kejadian ini tentunya membuat Belanda marah dan melakukan balas dendam. LEtnan Van Wijk digabungkan dangan serdadu pimpinan seorang Groot Majoor, berangkat mengejar Apang Semangai. Namun pengejaran terhadap Apang Semangai tidak menuaikan hasil atau sia-sia sajak karena keberadaan Apang Semangai sulit di lacak.

Namun setelah empat tahun keberadaan Apang Semangai dapat di ketahui dan akhirnya ditangkap oleh Belanda. Disaat ia tertangkap, kepala Tengkorak Controleur Jansenmasih di jinjingnya. Ia diadili di sintang dan dan di asingkan di Cipinang Jakarta dengan putusan vonis hukuman duapuluh tahun penjara. Duabelas tahun kemudian ia dibebaskan karena kelakuannya yang sangat baik dan jujur. Dan iapun kembali kekampung halamannya.

Sumber : Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Kalimantan Barat

Sejarah Suku Kebahan Penyelopat





 

Pada jaman dahulu di daerah Kab. Melawi. Tepatnya di kec. Pinoh utara, yang sekarang desa Engkurai atau di Laman Botongk, lumut, Laman Balok yang identik dengan sungai ma’an nya, yang sehingga sering juga di sebut sebagai orang tanah Ma’an (yang sekarang Desa Engkurai),jaba, Kompas, Penawant, dan Laman Buok Entengen yang dihuni oleh suku kebahan penyelopat yang merupakan sub suku dayak Kebahan yang ada di Kab. Melawi.
            Dulunya pada masa penjajahan nama suku ini masih Suku Dayak Kebahan yang berdiam di daerah manding, natai panjang, utai, merah arai, dan sekitar nya yang di huni oleh Suku Dayak Barai maka di daerah tersebut sekarang masih ada namanya sungai Kebahan dan Laman Buok yang merupakan peninggalan Suku dayak kebahan Penyelopat.
            Sedangkan di daerah yang di diami oleh Suku dayak Kebahan penyelopat pada saat ini, dahulunya merupakan tanah yang diami Suku Iban (Gupongk Same, Gupongk Koli, Gupongk Pacangk, Gupongk Laman Buok Ibangk, dan sekitar nya). Yang sekarang tanah tersebut banyak telah menjadi tanah adat yang juga bekas rumah jaman dulu. Kemudian di daerah yang sekarang Dusun pisang dua sampai ke tebidah merupakan tanah yang di huni oleh suku lima’i dan Undau dan dayak iban menghuni tanah yang didiami oleh Suku kebahan penyelopat seperti Gupongk Same, Pacangk, Koli. Namun sekarang keberadaan suku iban telah berpindah ke daerah porau, pengijau, kama, dan tersebar di daerah kecamatan Ella Hilir, Kab. Melawi.
            Di antara suku Iban dan Undau merupakan suku yang tidak pernah damai yang selalu Bebunuh dan ngayau (membunuh dengan memotong kepala) pada jaman itu. Dan selalu suku Iban yang di serang dan kalah. Dulu suku iban menghuni daerah natai (bukit) yang hampir menyerupai bukit. Karena melihat kondisi tersebut yang selalu terjadi pertumpahan darah antara kedua suku tersebut maka dari pihak pemerintah berunding mencari solusi untuk masalah itu. Untuk memecahkan masalah tersebut maka pemerintah meminta kepada Suku dayak kebahan untuk pindah di antara kedua suku yang berselisih tersebut tepat nya di sepanjang sungai Ma’an sebgai PENYELOPAT (di antara) kedua suku Iban dan Undau karena mengingat suku undau segan kepada suku Kebahan. Kemudian sampai pada hari ini di daerah tanah Ma’an dan menyebut dirinya sebagai orang tanah ma’an merupakan daerah dan Orang atau suku DAYAK KEBAHAN PENYELOPAT.
            Maka pindahlah suku kebahan tersebut kedaerah tanah ma’an, sebagiannya juga pindah ke daerah suku Iban seperti laman balok, Kompas, dan penawant. Pindah suku kebahan tersebut sebagai penyelopat antara kedua suku yang bertikai, hidup lah antara kedua suku yang damai dan tentram. Baik antara suku kebahan dan undau atau pun suku kebahan dan Iban sampai saat ini.
Seiring berjalan nya waktu, sebagian dari suku kebahan penyelopat yang dulu masih menghuni laman buok natai dan laman buok bakah, pindah kedaerah seberang sungai melawi tepatnya ada yang Tahlot, Pemuar, Buil, Poring, Kayu Bunga, lintah. Sedang kan suku Kebahan penyelopat yang masih asli tempat tinggalnya yaitu : Jaba, Engkurai, Lumut, Laman Ntengen dan Laman balok sekarang sudah menyatu ke Engkurai, serta kompas dan penawant.(Rdy)

Senin, 28 Mei 2012

Makalah Manajemen Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pendidikan merupakan  faktor  utama  dalam  pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan  sangat  berperan dalam membentuk baik  atau buruknya  pribadi manusia menurut  ukuran normatif. 
Sekolah sebagai organisasi, di dalamnya terhimpun unsur-unsur yang masing-masing baik secara perseorangan maupun kelompok melakukan hubungan keja sama untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur yang dimaksud,  tidak  lain  adalah  sumber daya manusia  yang  terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf, peserta  didik  atau  siswa, dan orang  tua  siswa. 
Kepala  sekolah diharapkan menjadi  pemimpin dan  inovator  di  sekolah. Oleh  sebab  itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah.
Kemampuan profesional  kepala  sekolah  sebagai  pemimpin pendidikan  yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu  situasi belajar mengajar yang kondusif,  sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat  belajar  dengan  tenang.  Disamping  itu kepala  sekolah dituntut  untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru.
Kepala  sekolah  adalah pengelola pendidikan di  sekolah  secara keseluruhan, dan kepala sekolah adalah pemimpin  formal pendidikan di sekolahnya.
Dalam suatu lingkungan pendidikan di  sekolah, kepala  sekolah bertanggung  jawab penuh untuk mengelola  dan  memberdayakan  guru-guru  agar  terus  meningkatkan kemampuan  kerjanya. Keberhasilan  suatu  sekolah pada  hakikatnya  terletak pada efisiensi  dan  efektivitas penampilan seorang kepala sekolah.



B.   Masalah Dan Sub Masalah
Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas, maka yang menjadi suatu permasalahan dalam membahas yaitu “ Bagaimana Mengetahui Faktor-Faktor Utama Yang Dihadapi Kepemimpinan Dalam Organisasi Pendidikan ” bersadarkan masalah umum tersebut, selanjutnya dirumuskan sub-sub masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1.    Apa Pengertian Kepemimpinan Pendidikan ?
2.    Apa Fungsi Kepemimpinan Pendidikan ?
3.    Apa saja Tipe Kepemimpinan Pendidikan ?
4.    Apa saja bagaimana Hakikat pemimpin ?
5.    Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan.dalam manajemen pendidikan ?
6.    Apa saja yang menjadi Syarat-Syarat Untuk Menjadi Pemimpin Pendidikan ?
7.    Apa saja Keterampilan Yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Pemimpin ?
8.    Apa saja Pendekatan Tentang Teori Munculnya Pemimpin ?
9.    Apa saja Pendekatan Dalam Mempelajari Kepemimpinan Pendidikan ?
10. Apa saja Pengertian Dari Pemimpinan Pendidikan ?
11. Apa saja Model-Model Kepemimpinan Dalam Pendidikan ?
12. Apa saja Hal – hal yang harus di miliki oleh seorang pemimpin ?
C.   Tujuan Umum dan Khusus
Tujuan dari  penulisan tentang Kepemimpinan Pendidikan yaitu untuk mengetahui dan mempelajari dengan secara mendalam tentang kepemipinan pendidikan :
1.    Pengertian dari kepemimpinan pendidikan
2.    Fungsi kepemimpinan pendidikan
3.    Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan
4.    Untuk mengetahui hakikat pemimpin
5.    Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.
6.    Syarat-syarat untuk menjadi pemimpin pendidikan
7.    Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
8.    Pendekatan tentang teori munculnya pemimpin
9.    Pendekatan dalam mempelajari kepemimpinan pendidikan
10. Pengertian dari pemimpinan pendidikan
11. Model-model kepemimpinan dalam pendidikan
12. Mengetahui upaya – upaya yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin untuk efesiensi sebuah organisasi.
























BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan  secara umum didefinisiksn sebagai kemampuan dalam kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya terbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan (Ralp M.Stogdill).
Kepemimpinan dalam organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan keputusan-keputusan. (Robert Dubin).
Kepemimpinan adalah individu di dalam kelompokyang memberikan tugas pengarahan dan pengorganisasaian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok (Fred E.Fiedler).
Kepemimpinan Pendidikan Merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Menurut Robbins kepemimpinan adalah kemampuan memengarhui kelompok ke ara pencapai tujuan. Menurut Owens mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu interaksi antara satu pihak sebagai yang memimpin dengan pihak yang dipimpin. Sedangkan James Lipham mendefinisikan kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasarn organisasi atau untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi. J. Salulsu mendefinisikan kepemimpinan sebagai kekuatan dalam mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum.
E. Mulyasa mendefinisikan kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhik orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. (2011:89)
Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagian manusia. Menurut H.M. Arifin Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian, serta kemampuan dasa anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun nonformal. Menurut Noeng Muhadjir pendidikan adalah upaya terprogram mengantisipasi perubahan social oleh pendidik dalam membantu subjek didik dan satuan social untuk berkembang ke tingkat normatif yang lebih baik. Bukan hanya tujannya, melainkan juga cara dan jalannya.(2011:99)
Adapun secara dalam konstitusional dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas menjelaskan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”
Jadi dapat disimpulkan Kepemimpinan pendidikan adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang dilakukan dengan terencana dalam proses pembelajaran yang melibatkan perangkat pendidikan (pendidik,peserta didik, sarana prasarana, kurikukulum dll) untuk mencapai tujuan pendidikan.
Uraian konsep tentang kepemimpinan dan pendidikan di atas paling tidak sedikit memberikan gambaran kepada kita bahwa sosok seorang pemimpin sangat menjadi titik sentral dalam proses pendidikan. Dalam hal ini sangat penting terkait dengan manajemen pendidikan. Ketika seorang pemimpin mampu menorganisir kegiatan pendidikan maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
Kepemimpinan pendidikan antara lain adalah peran kepala sekolah di lembaga pendidikan mestinya memberikan efek yang baik dalam pengembangan pembelajaran di lembaganya tersebut. Seorang kepala sekolah mestinya melibatkan komponen atau perangkat dalam pendidikan. Kebijakan yang diambil harus relevan dengan kondisi lembaga yang ia pimpin.
Menurut Mulyono, seorang kepala lembaga pendidikan paling tidak memiliki beberap persyaratan untuk menciptakan sekolah yang mereka pimpin menjadi sekolah efektif yaitu:
ü  Memliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik
ü  Berpegang teguh pada tujuan yang dicapai
ü  Bersemangat
ü  Cakap di dalam memberi bimbingan
ü  Jujur
ü  Cerdas
ü  Cakap di dalam hal mengajar dan menaruh perhatian kepercayaan yang baik dan berusaha untuk mencapainya. (2011:115)
Di samping itu pula Dede Rosyada menjelaskan seorang pemimpin lembaga sekolah harus mempertimbangkan tugas manajerial sekolah, sebagai berikut:
ü  Kemampuan menciptakan ide-ide dan solusi yang kreatif
ü  Kemampuan membuat perencanaan jangka pendek dan panjang
ü  Kemampuan mengorganisasi tanggung jawab yang baik
ü  Kemampuan berkomunikasi dengan jajaran lembaga sekolah
ü  Kemamupuan memberikan motivasi
ü  Kemampuan melakukan evaluasi
Dengan demikian, sosok kepemimpinan kepala sekolah harus menjadi teladan bagi lembaga sekolahnya untuk menciptakan proses pendidikan yang efektif dan mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Guna menyikapi tantangan globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan tajam, di beberapa negara telah berupaya untuk melakukan revitalisasi pendidikan. Revitalisasi ini termasuk pula dalam hal perubahan paradigma kepemimpinan pendidikan, terutama dalam hal pola hubungan atasan-bawahan, yang semula bersifat hierarkis-komando menuju ke arah kemitraan bersama. Pada hubungan atasan-bawahan yang bersifat hierarkis-komando, seringkali menempatkan bawahan sebagai objek tanpa daya. Pemaksaan kehendak dan pragmatis merupakan sikap dan perilaku yang kerap kali mewarnai kepemimpinan komando-birokratik-hierarkis, yang pada akhirnya hal ini berakibat fatal terhadap terbelenggunya sikap inovatif dan kreatif dari setiap bawahan.
Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, mereka cenderung bersikap a priori dan bertindak hanya atas dasar perintah sang pemimpin semata. Dengan kondisi demikian, pada akhirnya akan sulit dicapai kinerja yang unggul.
Menyadari semua itu, maka perubahan kebijakan kepemimpinan pendidikan yang dapat memberdayakan pihak bawahan menjadi amat penting untuk dilakukan. Dalam hal ini, Larry Lashway (ERIC Digest, No. 96) mengetengahkan tentang Facilitative Leadership. yang pada intinya merupakan kepemimpinan yang menitikberatkan pada collaborationdan empowerment. Sementara itu, David Conley and Paul Goldman (1994) mendefinisikan facilitative leadership sebagai : “the behaviors that enhance the collective ability of a school to adapt, solve problems, and improve performance.” Kata kuncinya terletak pada collective. Artinya, keberhasilan pendidikan bukanlah merupakan hasil dan ditentukan oleh karya perseorangan, namun justru merupakan karya dari team work yang cerdas.
Dengan model kepemimpinan demikian, diharapkan dapat mendorong seluruh bawahan dan seluruh anggota organisasi dapat memberdayakan dirinya, dan membentuk rasa tanggung atas tugas-tugas yang diembannya. Kepatuhan tidak lagi didasarkan pada kontrol eksternal organisasi, namun justru berkembang dari hati sanubari yang disertai dengan pertimbangan rasionalnya.
Kepemimpinan fasilitatif merupakan alternatif model kepemimpinan yang dibutuhkan guna menghadapi tantangan masa depan abad ke-21, yang pada intinya model ini merujuk kepada upaya pemberdayaan setiap komponen manusia yang terlibat dan bertanggung jawab dalam pendidikan.
Pemberdayaan pada dasarnya merupakan proses pemerdekaan diri, dimana setiap individu dipandang sebagai sosok manusia yang memiliki kekuatan cipta, rasa dan karsa dan jika ketiga aspek kekuatan diri manusia ini mempunyai tempat untuk berkembang secara semestinya dalam suatu organisasi, maka hal ini akan menjadi kekuatan yang luar biasa bagi kemajuan organisasi. Oleh karena itu, partisipasi dan keterlibatan individu dalam setiap pengambilan keputusan memiliki arti penting bagi pertumbuhan organisasi. Dengan keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan, pada gilirannya akan terbentuk rasa tanggung jawab bersama dalam mengimplementasikan setiap keputusan yang diambil.
Paul M. Terry mengemukakan bahwa untuk dapat memberdayakan setiap individu dalam tingkat persekolahan, seorang pemimpin (baca: kepala sekolah) seyogyanya dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemberdayaan (create an environment conducive to empowerment), memperlihatkan idealisme pemberdayaan (demonstrates empowerment ideals), penghargaan terhadap segala usaha pemberdayaan (encourages all endeavors toward empowerment) dan penghargaan terhadap segala keberhasilan pemberdayaan (applauds all empowerment successes).
Pendapat di atas mengindikasikan bahwa upaya pemberdayaan bukanlah hal yang sederhana, melainkan di dalamnya membutuhkan kerja keras dan kesungguhan dari pemimpin agar anggotanya tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berdaya.
Jika saja seorang pemimpin sudah mampu memberdayakan seluruh anggotanya maka di sana akan tumbuh dinamika organisasi yang diwarnai dengan pemikiran kreatif dan inovatif dari setiap anggotanya. Mereka dapat mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya secara leluasa tanpa hambatan sosio-psikologis yang membelenggunya. Semua akan bekerja dengan disertai rasa tanggung jawab profesionalnya.
B.   Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan yang efektif akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok/oreganisasinya.
Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakn sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi sebagai berikut :
  1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
  2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah :
a)    Fungsi Instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada orang-orang yang dipimpinnya.
Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannyamenjadi instruksi/perintah. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Oleh karena itu  sejalan dengan pengertian kepemimpinan, intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan.
b)    Fungsi Konsultatif
Fungsi ini berlansung dan bersifat komunikasi dua arah , meliputi pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pimpinan. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukan secara terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan.
Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa impan balik (feed Back) yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlansung efektif. Fungsi konsultatif ini mengharuskan pimpinan belajar menjadi pendengar yang baik, yang biasanya tidak mudah melaksanakannya, mengingat pemimpin lebih banyak menjalankan peranan sebagai pihak yang didengarkan. Untuk itu pemimpin harus meyakinkan dirinya bahwa dari siapa pun juga selalu mungkin diperoleh gagasan, aspirasi, saran yang konstruktif bagi pengembangan kepemimpinanya.
c)    Fungsi Partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan sesama orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
Fungsi partisipasi hanya akan terwujud jika pemimpin mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan dalam memecahkan masalah-masalah, yang bagi pimpinan akan dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan-keputusan.sehubungan dengan itu musyawarah menjadi penting, baik yang dilakukan melalui rapat-rapat mapun saling mengunjungi pada setiap kesempatan yang ada.musyawarah sebagai kesempatan berpartisipasi, harus dilanjutkan berupa partisipasi  dalam berbagai kegiatan melaksanakan program organisasi.

d)    Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan limpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus bersedia dapat mempercayai orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila diberi pelimpahan wewenang. Sedang penerima delegasi harus mampu memelihara kepercayaan itu, dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.
Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan perkembangan kelompoknya tidak mungkin diwujudkannya sendiri. Pemimpin seorang diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama sekali. Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan pada para pembantunya, agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
e)    Fungsi Pengedalian
Fungsi  pengendalian     merupakan  fungsi kontrol. Fungsi ini cenderung bersifat satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi secara dua arah. Fungsi pengendalian  bermaksud  bahwa kepemimpinan   yang       sukses  atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota kelompok/organisasinya.
Pendapat lain tentang peran kepemimpinan adalah seperti yang diungkapkan oleh Emmett C Murphy (1998) dalam bukunya yang berjudul “IQ Kepemimpinan” yaitu bahwa peran kepemimpinan antara lain terbagi kedalam :
  1. Pemilih
  2. Penghubung
  3. Pemecah Masalah
  4. Evaluator
  5. Negosiator
  6. Penyembuh
  7. Pelindung
  8. The Synergizer
Fungsi-fungsi kepemimpinan yang hakiki  menurut Sondang P Siagian (1994:47-48) adalah
*       Pemimpin selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan,
*       Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi,
*       Pemimpin selaku komunikator yang efektif,
*       Mediator yang andal khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik,
*       Pemimpin selaku  integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.
Selaras dengan pendapat tersebut di atas, Kartini Kartono (1994: 81) mengemukakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah: Memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangun motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi/pengawasan yang efisien, dan membawa pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
Dengan demikian, pemimpin pada era mendatang adalah orang dengan karakteristik tersebut, yang dapat memimpin juga menjadi pengikut, menjadi sentral dan marginal, menjadi hirarkial di atas dan di bawah, dan menjadi individualistis dan pemain tim. Pemimpin era mendatang adalah seseorang yang menciptakan suatu budaya atau sistem nilai yang berpusat pada prinsip-prinsip seperti pemberdayaan, kepercayaan, ketulusan, pelayanan, persamaan, keadilan, integritas, kejujuran, dan self evidence.
Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara lain :
ü  Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama dengan penuh rasa kebebasan.
ü  Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan memjelaskan tujuan.
ü  Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling efektif dan efisien.
ü  Pemimpin bertanggungjawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok.
ü  Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi.

C.   Tipe – tipe kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1.    Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2.    Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3.    TIpe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4.    Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5.    Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6.    Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.
Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
  1. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
  2. Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
  3. Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
Berdasarkan konsep, sikap, sifat dan cara-cara pemimpin melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan ke dalam 4 tipe, yaitu:
1.    Tipe otoriter, disebut juga tipe kepemimpinan “authoritarian”. Di dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok.
2.    Tipe “Laissez-Faire”, dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin.
3.    Tipe demokratis, pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggota-anggota kelompoknya bukan sebagai majikan terhadap buruhnya, melainkan sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya.
4.    Tipe Pseudo-demokratis, tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik. Pemimpin tipe ini hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya ia bersikap otokrasi. Maksudnya pemimpin menganggap dirinya sebagai pemimpin yang demokratis, tetapi sebenarnya ia adalah pemimpin yang memanipulasi demokrasi, menganut demokrasi semu dan lebih mengarah ke kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samar-samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis.
D.   Hakikat Pemimpin
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.”
Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, kareana apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal. Kepemimpinan adalah kata benda dari pemimpin (leader).
Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan,agar mau bekerjasama dan bekerja produktif untuk mencapai tujuan organisasi.Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakankekuasaan.
Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yangharus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suaraarahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapatdengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama diantara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain parapemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya.
Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik.
E.   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam Manajemen Pendidikan
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981), yaitu :
  1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
  2. Harapan dan perilaku atasan.
  3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
  4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
  5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
  6. Harapan dan perilaku rekan
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
  1. Sebagai pelaksana (executive)
  2. Sebagai perencana (planner)
  3. Sebagai seorangahli (expert)
  4. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group representative)
  5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of internal relationship)
  6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and punishments)
  7. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
  8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
  9. Merupakan lambang dari pada kelompok (symbol of the group)
  10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual responsibility)
  11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
  12. Bertindak sebagai seorang aya (father figure)
  13. Sebagai kambing hitam (scape goat)
Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin memiliki tugas yang embannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
  1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
  2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai.
  3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan
Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

F.    Syarat-syarat Pemimpin Pendidikan
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan antara lain :
1)    Rendah hati dan sederhana
2)    Bersifat suka menolong
3)    Sabar dan memiliki kestabilan emosi
4)    Percaya kepada diri sendiri
5)    Jujur, adil, dan dapat dipercaya
6)    Keahlian dalam jabatan
7)    Kepemimpinan
8)    Kepribadian
9)    Sikap social
10) Manajerial
11) Supervisi
12) Kewirausahaan
G.   Ketempilan yang Harus Dimiliki Pemimpin
a.    Keterampilan dalam memimpin
Pemimpin harus menguasai cara-cara kepemimpinan, memiliki keterampilan memimpin supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik. Untuk itu harus memiliki kemampuan bagaimana caranya : menyusun rencana bersama, mengajak annotanya berpartisipasi, member bantuan kepada anggota kelompok, memupuk moral kelompok, bersama-sama membuat keputusan. Pemimpin tidak hanya tahu, tetapi harus dapat melaksanakan.
Agar ia menjadi seorang pemimpin yang baik, perlulah menguasai bagaimana caranya: menyusun rencana bersama, mengajak anggota berpartisipasi, memberi bantuan kepada anggota kelompok, memupuk moral kelompok, bersama-sama membuat keputusan. Menghindarkan “working on the group” dan “working for the group” dan mengembangkan “working within the group”, membagi dan menyerahkan tanggung jawab dan sebagainya.
b.    Keterampilan dalam hubungan insane
Ada 2 macam hubungan manusia: (1) hubungan fungsional atau hubungan formal yaitu hubungan karena tugas resmi; dan (2) hubungan pribadi atau informal, ialah hubungan yang tidak didasarkan atas tugas resmi, tetapi lebih bersifat kekeluargaan. Pemimpin yang baik harus bisa bijak dalam memisahkan urusan tersebut.
Hubungan insane merupakan hubungan antar manusia. Ada dua jenis hubungan yaitu :
1)    Hubungan karna tugas resmi
2)    Hubungan kekeluargaan
c.    Keterampilan dalam proses kelompok
Maksud utama adalah meningkatkan partisipasi anggota kelompompok sehingga dapat mengefektifkan potensi. Pemimpin sebagai penengah , pendamai, dan bukan menjadi hakim.
d.    Keterampilan dalam proses administrasi personil
Kegiatan ini mencangkup segala usaha yang menggunakan keahlian yang dimiliki petugas secara efektif. Kegiatannya meliputi seleksi, pengangkatan, penempatan, penugasan, orientasi, pengawasan, bimbingan, dan pengembangan, serta kesejahteraan.
e.    Keterampilan dalam menilai
Merupaka usaha untuk mengetahui sejauh mana tujuan sudah tercapai. Teknik dan prosedur evaluasi : menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma / ukuran yang akan dinilai, mengumpulkan data-data, pengolahan data, menyimpulkan hasil penilaian.



H.   Pendekatan tentang Teori Munculnya Pemimpin
`Peran pemimpin dalam organisasi merupakan penentu keberhasilan dan suksesnya tujuan yang hendak dicapai. Arah perjalanan sebuah organisasi berangkat dari ide-ide utama dan pemikiran serta visi para pemimpin.
Kenyataan membuktikan bahwa tanpa kehadiran pemimpin, suatu organisasi akan bersifat statis dan cenderung berjalan tanpa arah, meskipun hal tersebut bukan satu-satunya ukuran keberhasilan jika diukur dari tingkat kinerja organisasi. Teori kepemimpinan pada dasarnya mencoba menerangkan dua hal yaitu, faktor pemunculan kepemimpinan dan sifat dasar kepemimpinan. 
Ada beberapa pendekatan yang digunakan para ahli untuk menjelaskan tentang kepemimpinan yang efektif. Rivai dan Mulyadi menjelaskan: "Pendekatan pertama berdasarkan sifat-sifat kepribadian umum yang dimiliki seorang pemimpin. Pendekatan kedua berdasarkan tingkah laku pemimpin. Pendekatan ketiga berdasarkan situasional (kemungkinan). Pendekatan keempat berdasarkan pada ciri atau sifat dari suatu perspektif yang berbeda yaitu mencoba mengidentifikasikan seperangkat ciri pemimpin yang menjadi acuan orang lain."
Pada penelitian tentang kepemimpinan, dikenal tiga pendekatan, yaitu; sifat, perilaku, dan situasional. Yukl menambahkan pendekatan power-influence yang menganggap semakin besar kekuasaan yang dapat digunakan seorang pemimpin maka kepemimpinannya akan semakin efektif.
a.      Kepemimpinan Menurut Teori Sifat (Traits Model)
Pendekatan sifat memandang bahwa kepemimpinan adalah kombinasi dari sifat-sifat (traits) yang tampak. Menurut Yukl, Razik dan Swanson dalam Ann Gracia, penelitian pada teori sifat terfokus pada karakteristik kepribadian pemimpin dan mencoba menghubungkannya dengan keahlian yang khusus. Teori ini membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin dengan berfokus pada berbagai sifat dan karakteristik pribadi yang dikaitkan dengan keterampilan yang khas.
Jadi, berhasil atau tidaknya kepemimpinan seseorang ditentukan oleh karakteristik khas (fisik, mental, kepribadian) yang dimiliki pemimpin tersebut. Seorang pemimpin akan dikenal melalui sifat-sifat pribadinya yang ditentukan oleh sifat jasmaniah dan rohaniahnya.
Asumsinya, bahwa beberapa orang merupakan pemimpin alamiah dan dianugerahi beberapa ciri yang tidak dipunyai orang lain seperti energi yang tidak habis, intuisi mendalam, pandangan masa depan yang luar biasa (visioner) dan kekuatan persuasif yang tak tertahankan.
Wahjosumidjo menyatakan bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditandai oleh daya kecakapan luar biasa seperti: tidak kenal lelah atau penuh energi; intuisi yang tajam; tinjauan ke masa depan yang tidak sempit; dan kecakapan meyakinkan yang sangat menarik. 
Sifat dan perangai pemimpin sangat berpengaruh pada keberhasilan kepemimpinannya.Teori ini juga disebut teori “great man” yang menyatakan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin maka ia akan menjadi pemimpin, apakah ia mempunyai atau tidak sifat sebagai pemimpin.
Edwin Ghinselli yang dikutip oleh Handoko menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa ada beberapa sifat yang sangat dominan dalam menentukan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Sifat-sifat tersebut adalah :
a)    Supervisory ability yaitu kemampuan dalam mengawasi bawahan. Ini merupakan fungsi dasar manajemen khususnya dalam fungsi sebagai pengarah dan pengawas.
b)    Decisiveness (ketegaan) yaitu kemampuan untuk membuat keputusandan memecahkan masalah dengan tepat.
c)    Ada keinginan sukses atau kebutuhan prestasi dalam pekerjaan.
d)    Kecerdasan yang mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir.
e)    Self-confidence yaitu adanya pandangan terhadap diri sendiri yang mampu untuk menghadapi masalah.
f)     Inisiatif yaitu kemampuan bertindak dengan tidak bergantung pada orang lain dan mengembangkan kegiatan serta berinovasi.
Semakin banyak sifat-sifat itu ada pada diri seorang pemimpin, maka kepemimpinannya dipercaya akan semakin efektif. 
Keith Davis dalam Miftah Thoha merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu :
ü  Kecerdasan
Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin dengan tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Akan tetapi, yang menarik ialah pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya.
ü  Kedewasaan dan keluasan hubungan social
Pemimpin cenderung matang dan mempunyai emosi stabil, serta mempunyai perhatian luas terhadap aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
ü  Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Para pemimpin relatif mempunyai dorongan motivasi kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja dan berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsik dibandingkan dari ekstrinsik.
ü  Sikap-sikap hubungan kemanusiaan
Pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.
Robbin dan Judge mengemukan dua kesimpulan mereka dari temuan terakhir tentang teori sifat ini, yaitu: (1) Sifat memang bisa memprediksikan kepemimpinan. (2) Sifat kepemimpinan lebih baik dalam memprediksi munculnya pemimpin dan tampilnya kepemimpinan dari pada dalam membedakan antara pimpinan yang efektif dan tidak efektif.
Dalam upaya melaksanakan kepemimpinan yang efektif, selain memiliki kemampuan dan keterampilan dalam kepemimpinan, seorang pemimpin sebaiknya menentukan gaya kepemimpinan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi anggota kelompok. Banyak studi ilmiah yang dilakukan oleh banyak ahli mengenai kepemimpinan, dan hasilnya berupa teori-teori tentang kepemimpinan. Sehingga teori-teori yang muncul menunjukkan perbedaan. Menurut Kartini Kartono (1994:61) perbedaan-perbedaan tersebut antara lain dalam; pendapat dan uraiannya, metodologinya, intepretasi yang diberikan dan kesimpulan yang ditarik.
Menurut M. Thoha (1994:250) mengungkapkan beberapa teori kepemimpinan yaitu:
1.    Teori Sifat ( Trait Theory)
Pada pendekatan teori sifat, analisa ilmiah tentang kepemimpinan dimulai dengan memusatkan perhatiannya pada pemimpin itu sendiri. Yaitu apakah sifat-siftat yang membuat seseorang itu sebagai pemimpin. Dalam teori sifat, penekanan lebih pada sifat-sifat umum yang dimilki pemimpin, yaitu sifat-sifat yang dibawa sejak lahir. Teori ini mendapat kritikan dari aliran perilaku yang menyatakan bahwa pemimpin dapat dicapai lewat pendidikan dan pengalaman.
`Sehubungan dengan hal tersebut , Keith Davis (dalam Kartini Kartono, 1994:251) merumuskan empat sifat umum yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan efektifitas kepemimpinan yaitu:
a)    Kecerdasan, hasil penelitian pada umunya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin.
b)    Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
c)    Motivasi diri dan dorongan berprestasi, para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan
penghargaan yang intrinsik dibandingkan dengan ekstrinsik.
d)    Sikap dan hub ungan kemanusiaan, pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kekuatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.
2.    Teori Situasional dan Model Kontingensi.
Dalam model kontingensi memfokuskan pentingnya situasi dalam menetapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi. Sehingga model tersebut berdasarkan kepada situasi untuk efektifitas kepemimpinan. Menurut Fread Fiedler, kepemimpinan yang berhasil bergantung kepada penerapan gaya kepemimpinan terhadap situasi tertentu. Sehingga suatu gaya kepemimpinan akan efektif pabila gaya kepemimpinan tersebut digunakan dalam situasi yang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut Fiedler (dalam Abi Sujak, 1990:10) mengelompokkan gaya kepemimpinan sebagai berikut:
a)    Gaya kepemipinan yang berorientasi pada orang (hubungan).
Dalam gaya ini pemimpin akan mendapatkan kepuasan apabila terjadi hubungan yang mapan diantara sesama anggota kelompok dalam suatu pekerjaan. Pemimpin menekankan hubungan pemimpin degan bwahan atau anggota sebagai teman sekerja.
b)    Gaya kepemimpinan yang beroreitasi pada tugas. Dalam gaya ini pemimpin akan merasa puas apabila mampu menyelesaikan tugas-tugas yang ada padanya. Sehingga tidak memperhatikan hubungan yang harmonis dengan bawahan atau anggota, tetapi lebih berorentasi pada pelaksanaan tugas sebagai prioritas yang utama.
3.    Teori Jalan Kecil-Tujuan (Paht-Goal Theory)
Dalam teori Jalan Kecil-Tujuan berusaha untuk menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan pekerjaan bawahan atau angotanya.
Berdasarkan hal tersebut, House (dalam M. Thoha, 1996:259) dalam Path-Goal Thery memasukkan empat gaya utama kepemimpinan sebagai berikut:
a)    Kepemimpinan direktif.
Gaya ini menganggap bawahan tahu senyatanya apa yang diharpkan dari pimpinan dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pimpinan. Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan atau anggota.
b)    Kepemimpinan yang mendukung.
Gaya ini pemimpin mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap bawahan atau anggotanya.
c)    Kepemimpinan partisipatif.
Gaya kepemimpinan ini, pemimpin berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari para bawahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berada padanya.
d)    Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi.
Gaya kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahannya untuk berprestasi. Demikian juga pemimpin memberikan keyakinan kepada mereka mampu melaksnakan tugas pekerjaan mencapai tujuan secara baik.
I.      Pendekatan dalam mempelajari Kepemimpinan Pendidikan
Tiga keterampilan / skills yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin (Kazt) :
*      Human Relatian Skill
Kemampuan berhubungan dengan bawahan
*      Technical Skill
Kemampuan menerapkan ilmunya ke dalam pelaksanaan (operasional)
*      Conceptional Skill
Kemampuan dalam melihat sesuatu sacara keseluruhan yang kemudian dapat merumuskannya. Seperti dalam mengamibil keputusan, membentuk kebijakan, dll. Kemampuan ini juga disebut Managerial Skill.

1.    Pendekatan Sifat (Traits Aproach)
Pendekatan yang didasari asumsi bahwa kondisi fisik dan karakteristik pribadi adalah penting bagi kesuksesan pemimpin.
2.    Pendekatan keperilakuan (Behavioral Aproach)
Pendekatan yang memandang kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan sifat-sifatnya. Studi ini melihat dan mengidentifikasi perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya dalam mempengaruhi anggota-anggota kelompoknya.
3.    Pendekatan ini menitikberatkan Pandangannya Pada Dua Aspek Perilaku Kepemimpinan :
*      Fungsi-fungsi kepemimpinan
*      Gaya-gaya kepemimpinan
Gaya-gaya kepemimpinan dapat dikategorikan sebagai gaya yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan gaya yang berorientasi dengan bawahannya (employee oriented).
Teori-teori yang termasuk dalam pendekatan keperilakuan antara lain :
1.    Studi Kepemimpinan Ohio State University
Studi ini dilakukan di Ohio State Universty oleh Hemphil dan Coons, dan kemudian dilanjutkan oleh Halpin dan Winer.
Studi ini melihat kepemimpinan itu atas dua dimensi perilaku pemimpin :
*      Initiating Structure (Struktur Tugas)
Merupakan cara pemimpin melukiskan hubungannya dengan bawahan dalam usaha menetapkan pola organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau prosedur yang dipakai dalam organisasi.
*      Consideration (tenggang rasa)
Merupakan perilaku saling menghargai dan persahabatan antara pemimpin dengan bawahanyya.
2.    Teori Kepemimpinan Managerial Grid
Teori ini dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jene S. Mouton yang membedakan dua dimensi dalam kepemimpinan :
*      Concern For People
Menekankan pada hubungan antar individu
*      Concern For Production : Menekankan pada produksi
Terdapat lima gaya kepemimpinan yang merupaka kombinasi dari kedua gaya kepemimpinan dia atas antara lain :
a.    Gaya Kepemimpinan Improverished
Pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu .
b.    Gaya Kepemimpinan Country Club
Kepemimpinan yang didasarkan pada hubungan informal antara individu, keramahan dan kegembiraan.
c.    Gaya Kepemimpinan Team
Keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh pengabdian Dasar kepemimpinan ini adalah saling percaya dan penghargaan antar sesama anggota kelompok.
d.    Gaya Kepemimpinan Task
Pemimpin memandang efisien kerja sebagai factor utama untuk keberhasilan organisasi. Penekanan pada penampilan individu dalam organisasi.
e.    Gaya Kepemimpinan Midle Road
Artinyat tengah-tengah. Penekanan pada keseimbangan yang optimal antara tugas dan hubungan manusia.
4.    Pendekatan Kontingensi / Situasi
Model ini banyak melahirkan beberapa model kepemimpinan, diantaranya :
ü  Model Kepemimpinan Kontingensi (Fred.E. Fiedlr) Seorang pemimpin akan sukses bila menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda.
ü  Model Kepemimpinan Tiga Dimensi (Williaw J. Reddin) Model ini dinamakan “Three DImentional Model” karena dalam pendekatannya menggunakan tiga kelompok gaya (Gaya dasar, Gaya Efektif, Gaya tidak efektif).
ü  Teori Kepemimpinan Situasional (Paul Hersey dan Keneth H.Blanchard. M). Pemimpin yang efektif tergantung pada taraf kematangan pengikut dan kemampuan pemimpin untuk menyesuaikan orientasinya, baik orientasi tugas ataupun hubungan antar manusia. Ada empat gaya kepemimpinan, Yaitu :
*      Telling, perilaku pemimpin dengan tugas tinggi dan hubungan rendah
*      Selling, perilaku pemimpin dengan tugas tinggi dan hubungan tinggi
*      Participating, perilaku pemimpin dengan tugas rendah dan hubungan tinggi
*      Delegating, perilaku pemimpin dengan rendah tinggi dan hubungan rendah.
J.    Pemimpin Pendidikan
Yang disebut pemimpin pendidikan adalah orang yang memilki kelebihan untuk mempengaruhi, mengajak, mendorong, membimbing, menggerakkan dan mengkoordinasikan staf pendidikan lainnya ke arah peningkatan mutu pendidikan.
Pemimpin Resmi,  dimilki oleh orang yang menduduki posisi dalam struktur pendidikan. Pemimpin tidak resmi, bisa dimilki oleh setiap orang yang memberikan araha kepada perbaikan pendidikan
K.   Model-model kepemimpinan dalam pendidikan
1.    Kepemimpinan Visioner
Lee Roy Beach (1993:50) mendefinisikan visi sebagai berikut :
Vision defines the ideal fiture, perhaps implying retention of the current cultura and the activities, or perhaps implying change.
Visi menggambarkan masa depan yang ideal, barangkali menyiratkan ingatan budaya yang sekarang dan aktivitas, atau barangkali menyiratkan perubahan
Terbentuknya visi dipengaruhi oleh pengalaman hidup, pendidikan, pengalaman professional, interaksi da komunikasi, penemuan keilmuan serta kegiatan intelektual yang membentuk pola piker tertentu (Gaffar, 1994 : 56)
Kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan “school based management”. Kepemimpinan ini yang difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan (agen of change) yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas, menjadi pelatih yang provisional dan menjadi pembimbing anggota lainnya.
Visioner Leadership didasarka pada tuntutan perubahan zaman yang menuntut dikembangkannya secara intensif peran pendidikan dalam menciptaka sumber daya menusia yang handal.
Untuk menjadi pemimpin yang Visioner, maka seseorang harus :
a.    Memahami konsep visi
b.    Memahami karakteristik dan unsure visi
Karakter visi antara lain:
a.    Memperjelas arah dan tujuan, mudah dimengerti dan diartikulasi
b.    Mencerminka cita-cita yang tinggi dan menetapka  standart of excellence
c.    Menembuhkan inspirasi, semanngat, kegairahan, dan komitmen
d.    Menciptakan makna bagi anggota oeganisasi
e.    Merefleksikan keunikan, atau keistimewaan organisasi, dst
f.     Memahami tujuan visi
Tujuan visi antara lain :
a.    Memperjelas arah umum perubahan kebijakan organisasi
b.    Memotivasi karyawa kea rah yang baik
c.    Membantu proses mengkoordinasi tindakan-tindakan tertentu orang-orang yang berbeda
Langkah – langkah menjadi Visionary Leadership
a.    Penciptaan Visi, dari hasil kreatifitas pikir pemimpin berupa ide-ide ideal tentang cita-cita di masa depan.
b.    Perumusan Visi
*      Pembentukan dan perumusan visi oleh anggota tim kepemimpinan
*      Merumuskan strategi secara konsensus
*      Membulatkan sikap dan tekad sebagai total commitment untuk mewujudkan visi ini menjadi suatu kenyataan.
c.    Transformasi Visi, Kemampuan membangun kepercayaan
d.    Impelemntasi Visi , Kemampuan pemimpin dalam menjabarkan dan menterjemahkan visi ke dalam tindakan.
Pendidikan harus mampu mengantisipasi berbagai tuntutan,seperti :
ü  Sekolah diharapkan dapat menyelenggarakan program yang lebih humanis
ü  Dunia pendidikan harus mampu menjamin peserta didiknya di berbagai bidang profesi sebagai syarat untuk memperoleh hak bekerja sesuai dengan kompetensinya.
ü  Pendidikan harus mampu menyiapkan hasil didik yang kompeten dalam berbagai aspek.
ü  Kurikulum pendidikan harus mampu menjaga keserasian antara program dengan aspirasi masyarakat dan negara
ü  Pendidikan diharapkan mampu menampung politisasi  pendidikan, kebutuhan belajar sepanjang hayat dan internasionalisasi pendidikan.

Menjadi Seorang pemimpin yang Visioner dalam Menghasilkan Produktivitas Pendidikan :
ü  Berusaha merekayasa masa depan untuk menciptakan pendidikan yang produktif
ü  Menjadikan dirinya sebagai agen perubahan
ü  Memposisikan sebagai penentu arah organisasi
ü  Pelatih atau pembimbing yang profesional
ü  Mampu menampilkan kekuatan pengetahuan berdasarkan pengalaman profesional dan pendidikannya
2.    Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata :
a.     Kepemimpinan (leadership) :
Setiap tindakan yang dilakukan oleh eseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan, dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan.
b.     Transformasional (transformational) :
1)    Mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda.
2)    Kepemimpinan Transformasional diukur dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut terhadap para pengikutnya.
3)    Formulasi dari teori Kepemimpinan Transformasional antara lain :
Ø  Karisma
Ø  Stimulasi intelektual
Ø  Perhatian yang individualisasi
Dapat dikatakan bahwa seorang kepala sekolah menerapkan teoti Kepemimpinan Transformasional jika dia mampu mengubah energy sumber-sumber daya baik manusia maupun non manusia untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah seperti yang dikemukakan oleh Sudarwan Danim (2003 : 54).
Menurut Leithwood dkk (1999) mengatakan “transformational leadership is seen to be sensitive to organiation building developing shared vision, distributing leadership and building school culture necessary to current restructing efforts in school”.
Pemimpin dengan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang memilki visi ke depan dan mampu mengidentifikasikan perubahan lingkungan serta mampu mentransformasikan perubahan tersebut ke dalam organisasi.
Dimensi - dimensi kepemimpinan Transformasional Menurut BASS dan AVOLIO (1994) dengan konsep 4I, yaitu :
a.    Idealized Influenced, perilaku yang menghasilkan rasa hormat (respect) dan rasa percaya dari orang- orang yang dipimpinnya.
b.    Inspirational Motivation, senantiasa menyediakan tantangan dan makna atas pekerjaan orang-orang yang dipimpinnya.
c.    Intellectual Simulation, senantiasa menggali ide-ide baru dan solusi  yang kreatif dari orang-orang yang dipimpinnya
d.    Individualized consideration, memberikan perhatian khusus kepada kebutuhan prestasi  dan kebutuhan orang yang dipimpinnya.
Model kepemimpinan transformasial perlu diterapkan dalam dunia pendidikan, karena merupakan salah satu solusi krisis kepemimpinan terutama dalam bidang pendidikan.  Olga Epitropika (2001:1) mengemukakan 6 hal mengapa kepemimpinan transformasial penting bagi suatu organisasi.
1)    Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi.
2)    Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan pelanggan.
3)    Membangkitkan komitmen para anggota terhadap organisasi.
4)    Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian organisasi.
5)    Meningkatkan kepuasan [ekerja melalui pekerjaan dan pemimpin.
6)    Mengurangi stress para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan.
Implementasi odel kepemimpinan transformasional falam organisasi / intstansi pendidikan perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
ü  Mengaci pada nilai – nilai agama yang ada dalam organisasi / instansi atau bahkan suatu negara.
ü  Disesuaikan dengan nilai – nilai yang terkandung dalam sistem organisasi atau instansi tersebut.
ü  Menggali budaya yang ada dalam organisasi tersebut.
ü  Karena sistem pendidikan merupakan suatu sub sistem maka harus memperhatikan sistem yang lebih besar yang ada di atasnya seperti sistem suatu negara.
Kepemimpinan transformasional hampir sama dengan kepemimpinan transforming. Burns membatasi kepemimpinan yang mentransformasi kepada para pemimpin yang selalu mendapat pencerahan(enlightened) yang menunjuk kepada nilai – nilai moral yang positif dan kebutuhan – kebutuhan tingkat yang lebih tinggi dari para pengikutnya.bagi Bass,seorang pemimpin yang mengaktifkan motivasi pengikut dan meningkatkan komitmennya adalah transformasional, tidak memperhatikan apakan memiliki efek yang menguntungkan untuk pengikutnya atau tidak. Jadi, dengan demikian kepemimpinan transforming merujuk pada pencerahan yang memperhatikan kepemimpinan nilai – nilai moral positif dan kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi dari para pengikutnya, sedangkan kepemimpinan transformasional tanpa memperhatikan efeknya terhadap pengikutnya atau mengesampingkan nilai – nilai moral yang positif.
Hal ini senada dengan pendapat Golmen, et.al (2003) yang mengatakan kepemimpinan transforming adalah kepemimpinan yang memiliki kesadaran sendiri tentang emosionalnya, manajemen diri sendiri, kesadaran sosial dan manajemen hubungan kerja. Pola perilaku kepemimpinan yang seperti inidiharapkan berpengaruh positif terhadap bawahannya dalam membentuk nilai – nilai dan keyakinan untuk mencapai tujuan organisasi (Anderson 1998).

L.    Hal – hal yang harus di miliki oleh seorang pemimpin
Meskipun dikalangan para ahli persyaratan pemimpin belum disepakati sepenuhnya namun ada sejumlah sifat-sifat kepribadian yang perlu dimiliki para memimpin, yaitu :
*      Pendidikan umum yang luas
*      Kematangan mental
*      Sifat ingin tahu
*      Kemampuan analitis
*      Memiliki daya ingat yang kuat
*      Integrative. Seorang wirausaha harus memiliki kepribadian terpadu tidak terpecah-pecah yang membuat dia terombang-ambing
*      Keterampilan berkomunikasi
*      Keterampilan mendidik. Seorang wirausaha harus mampu memberi petunjuk dan mendidik para karyawan dalam beberapa hal yang berhubungan dengan pekerjaan.
*      Rasional dan objektif. Pemikiran-pemikiran, kesimpulan dan keputusan yang diambil oleh seorang wirausaha harus berlandaskan pada pemikiran-pemikiran sehat, rasional dan objektif, tidak pilih kasih dan tidak emosional.
*      Pragmatisme. Keputusan-keputusan seorang wirausaha harus dibuat sesuai kemampuan dan sumber daya yang tersedia.
*      Ada naluri prioritas. Berhubungan terbatasnya sumber daya yang tersedia maka seorang wirausaha harus mampu menetapkan skala prioritas apa yang harus dikerjakan lebih dulu.
*      Pandai mengatur waktu. Seorang wirausaha harus mampu bertindak cepat dan tepat dan mempertimbangkan waktu secara efisien.
*      Sifat keberanian
*      Kemampuan mendengar. Seorang wirausaha harus mampu menggali .informasi dan mendengar apa ide dan keinginan dari para karyawannya.


BAB III
FAKTOR PENDUKUNG, PENGHAMBAT, DAN SOLUSI
A.  Tabel
No
Sub Masalah
Pendukung
Penghambat
Solusi

Apa Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya terbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Tantangan Global dan Modernisasi
Memliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik, Berpegang teguh pada tujuan yang dicapai, Bersemangat, Cakap di dalam memberi bimbingan, Jujur, Cerdas
Cakap di dalam hal mengajar dan menaruh perhatian kepercayaan yang baik dan berusaha untuk mencapainya.
2
Apa Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
Fungsi instuktif, konsultatif, partisipasi, delegasi, pengendalian
Tdak di jalankan sesuai dengan fungsi dan situasi sosial
Di wujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan
3
Apa saja Tipe Kepemimpinan Pendidikan
Tipe demokratis, tipe non-pribadi, otokratis
Pemimpin tipe otoriter, Laissez-Faire, pseudo-demokratis
Memiliki sifat pemimpin yang demokratis, jujur dan terbuka
4
Apa saja bagaimana Hakikat pemimpin
mempunyai kekuasan untuk mempengaruhi, mengarahkan, anggotanya sehubungan dengan tugasnya
Mengunakan wewenang dengan sewenang-wenangnya, tidak terjalinnya hubungan yang baik
Menjalin hubungan sosial yang selalu berinteraksi antara atasan dengan bawahan
5
Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.
Kepribadian, perilaku atasan, karakteristik, kebijakan organisasi, perilaku rekan
Tidak memahami tugas dan kewajibannya sebagai pemimpin
Pemimpin harus mengarahkan, membimbing dan mejalin hubungan komunikasi
6
Apa saja Syarat-Syarat Untuk Menjadi Pemimpin Pendidikan
Memiliki visi dan misi serta tujuan
Tidak menanamkan jiwa kepemimipinan
Rendah hati dan sederhana, Bersifat suka menolong, Sabar dan memiliki kestabilan emosi, Percaya kepada diri sendiri, Jujur, adil, dan dapat dipercaya, Keahlian dalam jabatan, Kepemimpinan, Kepribadian, Sikap social, Manajerial, Supervisi, Kewirausahaan
7
Apa saja kah  Keterampilan Yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Pemimpin
Keterampilan dalam memimpin, Keterampilan dalam hubungan insane, Keterampilan dalam proses kelompok, Keterampilan dalam proses administrasi personil, Keterampilan dalam menilai.
Tidak memiliki keterampilan
Mengembangkan kemampuan dan pola pikir
8
Apa saja Pendekatan Tentang Teori Munculnya Pemimpin
Teori sifat, situasional, dan model kontingensi, teori jalan kecil-tujuan
Tidak mampu menetukan gaya kepemimpinan yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi anggota kelompok
Memiliki kemampuan, keterampilan dalam memimpin
9
Apa saja Pendekatan Dalam Mempelajari Kepemimpinan Pendidikan
Pendekatan sifat, perilaku, dan kontingensi
Gaya kepemimpinan, funsi kepemimpinan
Mengambil keputusan, membentuk kebijakan
10
Apa saja Pengertian Dari Pemimpinan Pendidikan
Pemimpin resmi yang memiliki kedudukan dalam struktur pendidikan
Belum mampu untuk memimpin suatu organisasi
Mampu untuk mempengaruhi, mengajak, mendorong, membimbing, menggerakan, dan mengkoordinasikan
11
Apa saja Model-Model Kepemimpinan Dalam Pendidikan
Kepemimpinan visioner, transformasional
Sekolah diharapkan dapat menyelenggarakan program yang lebih humanis, Dunia pendidikan harus mampu menjamin peserta didiknya di berbagai bidang profesi sebagai syarat untuk memperoleh hak bekerja sesuai dengan kompetensinya, Pendidikan harus mampu menyiapkan hasil didik yang kompeten dalam berbagai aspek, Kurikulum pendidikan harus mampu menjaga keserasian antara program dengan aspirasi masyarakat dan Negara, Pendidikan diharapkan mampu menampung politisasi  pendidikan, kebutuhan belajar sepanjang hayat dan internasionalisasi pendidikan.
Pembentukan dan perumusan visi oleh anggota tim kepemimpinan, Merumuskan strategi secara consensus, Membulatkan sikap dan tekad sebagai total commitment untuk mewujudkan visi ini menjadi suatu kenyataan.
12
Apa saja Hal – hal yang harus di miliki oleh seorang pemimpin
Memiliki pendidikan dan wawasan yang luas
Tidak rasional dan objektif serta tidak memiliki siufat yang integrative
Mendidik, rasional, objektif, pragmatisme, naluri prioritas, pandai mengatur waktu, dan kemampuan untuk mengatur waktu





BAB IV
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya adalah tipe kepemimpinan pribadi, Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipe kepemimpinan menurut bakat.
Disamping tipe-tipe kepemimpinan tersebut juga ada pendapat yang mengemukakan menjadi tiga tipe antara lain yairtu Otokratis, Demokratis, dan Laisezfaire.  Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ; kepribadian (personality), harapan dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan organisasi, dan harapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya bahwa factor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya.
Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi ; menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang memahami akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
1.    Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
2.    Fungsi kepemimpinan pendidikan adalah untuk membina persaudaraan dan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan , mengembangkan, dan mempertahankan eksistensi organisasi
3.    Tipe-tipe kepemimpinan pendidikan antara lain otoriter, Laissez-faire, Demokratis, dan Pseudo-demokratis.
4.    Syarat-syarat untuk menjadi pemimpin pendidikan antara lain rendah hati, percaya kepada diri sendiri, jujur, adil, dan memiliki keahlian dalam jabatan.
5.    Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin antara lain keterampilan dalam memimpin, dalam hubungan insane, dan dalam menilai
6.    Pendekatan tentang teori munculnya pemimpin terdiri dari teori pertama, kedua, ketiga, dan keempat.
7.    Pendekatan dalam mempelajari kepemimpinan pendidikan antar lain pemdekatam sifat, keperilakuan, dan pendekatam situasi.
8.    Pemimpinan pendidikan adalah orang yang memilki kelebihan untuk mempengaruhi, mengajak, mendorong, membimbing, menggerakkan dan mengkoordinasikan staf pendidikan lainnya ke arah peningkatan mutu pendidikan
9.    Model-model kepemimpinan dalam pendidikan antara lain kepemimpinan visioner dan kepemimpinan transformasional
B.   Saran
1.    Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan dalam melaksanakan aktivitasnya kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
2.    Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para pemimpin memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing
3.    Pemimpin hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
4.    Dalam melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin menjalin suatu hubungan kerjsama yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan organisasi atau instnasi.
Syarat bagi pemimpin pendidikan, dalam hal ini adalah kepala sekolah, adalah kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus dapat memimpin sekolah, bertanggung  jawab  atas  tercapainya  tujuan  sekolah, juga diharapkan menjadi  pemimpin dan  inovator  di  sekolah. Oleh  sebab  itu, seorang kepala sekolah hendaknya memiliki kualitas kepemimpinan yang baik agar signifikan bagi keberhasilan sekolah.
Oleh karena itu seorang pemimpin pendidikan harus memenuhi syarat-syarat untuk menjadi pemimpin, memiliki keterampilan memimpin dan keterampilan hubungan insani serta menerapkan model kepemimpinan yang baik sesuai dengan karakteristik dirinya,  karena sesungguhnya keberhasilan  suatu  lembaga pendidikan pada  hakikatnya  terletak pada efisiensi  dan  efektivitas penampilan seorang pemimpin tersebut.







Daftar Pustaka
Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Malang : Bumi Aksara, 1994).
Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999) h. 253.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995.\
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta