Keberadaan penjajah di bumi Borneo membuat berbangai perlawanan yang di lakukan poleh masyarakat adat salah satunya adalah Perang Apang Semangai. Perasaan ingin merdeka kembali, tetap bernyala-nyala dalam dada setiap masyarakat adapt Dayak di Sintang. Mereka sama sekali tidak mau membayar upeti kepada penjajah,
Untuk menentang pajak yang di pungut oleh pihak penjajah, bangkit seorang yang bernama DUNDA alias Ampang Semangai yang berasal dari Nanga Payak. Ia menyusun kekuatan untuk melawan Belanda. Namun sayang sekali, rencana yang semula tersusun dengan baik di ketahui oleh pihak Belanda.
Belanda dengan Controleurnya Jansen bersama pasukan, maju menyusuri sungai Payak, mencari Jejak Apang Semangai. Namun kedatangan pesukan Belandah juga telah di ketahui oleh Apang Semangai. Pasukan yang sudah ada sebelumnya di persiapkan untuk menghadang Belanda, serta strategi perang dengan mempersiapkan penembak jutu di tepian sunagi Payak.
Setelah lama menunggu akhirnya pajukan belanda yang di pimpin oleh Controleurnya Jansen muncul dengan perahu atau sampan. Pasuka penembak jitu langsung mengarahkan senjata laras panjang kearah Jansen dan akhirnya tepa sasarat yang mengakibat ka tewasnya Controleur Jansen. Tiga oeang pengawalnya lari meninggalkan Jansen. Seorang anak bua Apang Semangai turun dari sebatang kayu di tempat ia mengintai dan menembak, masuk sampan Jansen dan memotok kepalanya. Tubuh Jansen yang tak berkepala dihanyutkan ke sungai Payak.
Kejadian ini tentunya membuat Belanda marah dan melakukan balas dendam. LEtnan Van Wijk digabungkan dangan serdadu pimpinan seorang Groot Majoor, berangkat mengejar Apang Semangai. Namun pengejaran terhadap Apang Semangai tidak menuaikan hasil atau sia-sia sajak karena keberadaan Apang Semangai sulit di lacak.
Namun setelah empat tahun keberadaan Apang Semangai dapat di ketahui dan akhirnya ditangkap oleh Belanda. Disaat ia tertangkap, kepala Tengkorak Controleur Jansenmasih di jinjingnya. Ia diadili di sintang dan dan di asingkan di Cipinang Jakarta dengan putusan vonis hukuman duapuluh tahun penjara. Duabelas tahun kemudian ia dibebaskan karena kelakuannya yang sangat baik dan jujur. Dan iapun kembali kekampung halamannya.
Sumber : Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Kalimantan Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar