BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan merupakan
faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau
buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.
Sekolah sebagai organisasi, di
dalamnya terhimpun unsur-unsur yang masing-masing baik secara perseorangan
maupun kelompok melakukan hubungan keja sama untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur
yang dimaksud, tidak lain adalah sumber daya
manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf,
peserta didik atau siswa, dan orang tua
siswa.
Kepala sekolah diharapkan
menjadi pemimpin dan inovator di sekolah. Oleh
sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah signifikan bagi
keberhasilan sekolah.
Kemampuan profesional
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu
bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang
kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik
dan peserta didik dapat belajar dengan tenang.
Disamping itu kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja
sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru.
Kepala sekolah adalah
pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan, dan kepala
sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya.
Dalam suatu lingkungan pendidikan di
sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab penuh untuk mengelola
dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan
kemampuan kerjanya. Keberhasilan suatu sekolah pada
hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan
seorang kepala sekolah.
B.
Masalah
Dan Sub Masalah
Berdasarkan masalah yang dipaparkan
diatas, maka yang menjadi suatu permasalahan dalam membahas yaitu “ Bagaimana Mengetahui
Faktor-Faktor Utama Yang Dihadapi Kepemimpinan Dalam Organisasi Pendidikan ”
bersadarkan masalah umum tersebut, selanjutnya dirumuskan sub-sub masalah dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1.
Apa
Pengertian Kepemimpinan Pendidikan ?
2.
Apa
Fungsi Kepemimpinan Pendidikan ?
3.
Apa
saja Tipe Kepemimpinan Pendidikan ?
4.
Apa
saja bagaimana Hakikat pemimpin ?
5.
Apa
saja Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan.dalam manajemen
pendidikan ?
6.
Apa
saja yang menjadi Syarat-Syarat Untuk Menjadi Pemimpin Pendidikan ?
7.
Apa
saja Keterampilan Yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Pemimpin ?
8.
Apa
saja Pendekatan Tentang Teori Munculnya Pemimpin ?
9.
Apa
saja Pendekatan Dalam Mempelajari Kepemimpinan Pendidikan ?
10.
Apa
saja Pengertian Dari Pemimpinan Pendidikan ?
11.
Apa
saja Model-Model Kepemimpinan Dalam Pendidikan ?
12.
Apa
saja Hal – hal yang harus di miliki oleh seorang pemimpin ?
C.
Tujuan
Umum dan Khusus
Tujuan dari penulisan tentang Kepemimpinan
Pendidikan yaitu untuk mengetahui dan mempelajari dengan secara mendalam
tentang kepemipinan pendidikan :
1.
Pengertian
dari kepemimpinan pendidikan
2.
Fungsi
kepemimpinan pendidikan
3. Untuk mengetahui tipe-tipe
kepemimpinan
4. Untuk mengetahui hakikat pemimpin
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.
6.
Syarat-syarat
untuk menjadi pemimpin pendidikan
7.
Keterampilan
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
8.
Pendekatan
tentang teori munculnya pemimpin
9.
Pendekatan
dalam mempelajari kepemimpinan pendidikan
10. Pengertian dari pemimpinan
pendidikan
11. Model-model kepemimpinan dalam
pendidikan
12. Mengetahui upaya – upaya yang harus
dilakukan oleh seorang pemimpin untuk efesiensi sebuah organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan secara umum
didefinisiksn sebagai kemampuan dalam kesiapan yang dimiliki oleh seseorang
untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan,
mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh
tersebut dan selanjutnya terbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu
tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada
penentuan dan pencapaian tujuan (Ralp M.Stogdill).
Kepemimpinan dalam organisasi
berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan keputusan-keputusan. (Robert
Dubin).
Kepemimpinan adalah individu di
dalam kelompokyang memberikan tugas pengarahan dan pengorganisasaian yang
relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok (Fred E.Fiedler).
Kepemimpinan Pendidikan Merupakan kemampuan
untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Menurut
Robbins kepemimpinan adalah kemampuan memengarhui kelompok ke ara pencapai
tujuan. Menurut Owens mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu interaksi
antara satu pihak sebagai yang memimpin dengan pihak yang dipimpin. Sedangkan
James Lipham mendefinisikan kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur
atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasarn organisasi atau
untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi. J. Salulsu mendefinisikan
kepemimpinan sebagai kekuatan dalam mempengaruhi orang lain agar ikut serta
dalam mencapai tujuan umum.
E.
Mulyasa mendefinisikan kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhik
orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. (2011:89)
Menurut
Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh
keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagian manusia. Menurut
H.M. Arifin Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing
dan mengembangkan kepribadian, serta kemampuan dasa anak didik baik dalam
bentuk pendidikan formal maupun nonformal. Menurut Noeng Muhadjir pendidikan
adalah upaya terprogram mengantisipasi perubahan social oleh pendidik dalam
membantu subjek didik dan satuan social untuk berkembang ke tingkat normatif
yang lebih baik. Bukan hanya tujannya, melainkan juga cara dan
jalannya.(2011:99)
Adapun
secara dalam konstitusional dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas
menjelaskan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”
Jadi
dapat disimpulkan Kepemimpinan pendidikan adalah suatu aktifitas atau kegiatan
yang dilakukan dengan terencana dalam proses pembelajaran yang melibatkan
perangkat pendidikan (pendidik,peserta didik, sarana prasarana, kurikukulum
dll) untuk mencapai tujuan pendidikan.
Uraian
konsep tentang kepemimpinan dan pendidikan di atas paling tidak sedikit
memberikan gambaran kepada kita bahwa sosok seorang pemimpin sangat menjadi
titik sentral dalam proses pendidikan. Dalam hal ini sangat penting terkait
dengan manajemen pendidikan. Ketika seorang pemimpin mampu menorganisir
kegiatan pendidikan maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
Kepemimpinan
pendidikan antara lain adalah peran kepala sekolah di lembaga pendidikan
mestinya memberikan efek yang baik dalam pengembangan pembelajaran di
lembaganya tersebut. Seorang kepala sekolah mestinya melibatkan komponen atau
perangkat dalam pendidikan. Kebijakan yang diambil harus relevan dengan kondisi
lembaga yang ia pimpin.
Menurut
Mulyono, seorang kepala lembaga pendidikan paling tidak memiliki beberap
persyaratan untuk menciptakan sekolah yang mereka pimpin menjadi sekolah efektif
yaitu:
ü Memliki
kesehatan jasmani dan rohani yang baik
ü Berpegang
teguh pada tujuan yang dicapai
ü Bersemangat
ü Cakap
di dalam memberi bimbingan
ü Jujur
ü Cerdas
ü Cakap
di dalam hal mengajar dan menaruh perhatian kepercayaan yang baik dan berusaha
untuk mencapainya. (2011:115)
Di
samping itu pula Dede Rosyada menjelaskan seorang pemimpin lembaga sekolah
harus mempertimbangkan tugas manajerial sekolah, sebagai berikut:
ü Kemampuan
menciptakan ide-ide dan solusi yang kreatif
ü Kemampuan
membuat perencanaan jangka pendek dan panjang
ü Kemampuan
mengorganisasi tanggung jawab yang baik
ü Kemampuan
berkomunikasi dengan jajaran lembaga sekolah
ü Kemamupuan
memberikan motivasi
ü Kemampuan
melakukan evaluasi
Dengan
demikian, sosok kepemimpinan kepala sekolah harus menjadi teladan bagi lembaga
sekolahnya untuk menciptakan proses pendidikan yang efektif dan mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan.
Guna
menyikapi tantangan globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global
yang sangat ketat dan tajam, di beberapa negara telah berupaya untuk melakukan
revitalisasi pendidikan. Revitalisasi ini termasuk pula dalam hal perubahan
paradigma kepemimpinan pendidikan, terutama dalam hal pola hubungan
atasan-bawahan, yang semula bersifat hierarkis-komando menuju ke arah kemitraan
bersama. Pada hubungan
atasan-bawahan yang bersifat hierarkis-komando, seringkali menempatkan bawahan
sebagai objek tanpa daya. Pemaksaan kehendak dan pragmatis merupakan sikap dan
perilaku yang kerap kali mewarnai kepemimpinan komando-birokratik-hierarkis,
yang pada akhirnya hal ini berakibat fatal terhadap terbelenggunya sikap
inovatif dan kreatif dari setiap bawahan.
Dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban, mereka cenderung bersikap a priori dan
bertindak hanya atas dasar perintah sang pemimpin semata. Dengan kondisi
demikian, pada akhirnya akan sulit dicapai kinerja yang unggul.
Menyadari
semua itu, maka perubahan kebijakan kepemimpinan pendidikan yang dapat
memberdayakan pihak bawahan menjadi amat penting untuk dilakukan. Dalam hal
ini, Larry Lashway (ERIC Digest, No. 96) mengetengahkan tentang Facilitative
Leadership. yang pada intinya merupakan kepemimpinan yang
menitikberatkan pada collaborationdan empowerment.
Sementara itu, David Conley and Paul Goldman (1994) mendefinisikan facilitative
leadership sebagai : “the
behaviors that enhance the collective ability of a school to adapt, solve
problems, and improve performance.” Kata kuncinya terletak pada
collective. Artinya, keberhasilan pendidikan bukanlah merupakan hasil dan
ditentukan oleh karya perseorangan, namun justru merupakan karya dari team work
yang cerdas.
Dengan
model kepemimpinan demikian, diharapkan dapat mendorong seluruh bawahan dan
seluruh anggota organisasi dapat memberdayakan dirinya, dan membentuk rasa
tanggung atas tugas-tugas yang diembannya. Kepatuhan tidak lagi didasarkan pada
kontrol eksternal organisasi, namun justru berkembang dari hati sanubari yang
disertai dengan pertimbangan rasionalnya.
Kepemimpinan
fasilitatif merupakan alternatif model kepemimpinan yang dibutuhkan guna
menghadapi tantangan masa depan abad ke-21, yang pada intinya model ini merujuk
kepada upaya pemberdayaan setiap komponen manusia yang terlibat dan bertanggung
jawab dalam pendidikan.
Pemberdayaan
pada dasarnya merupakan proses pemerdekaan diri, dimana setiap individu
dipandang sebagai sosok manusia yang memiliki kekuatan cipta, rasa dan karsa
dan jika ketiga aspek kekuatan diri manusia ini mempunyai tempat untuk
berkembang secara semestinya dalam suatu organisasi, maka hal ini akan menjadi
kekuatan yang luar biasa bagi kemajuan organisasi. Oleh karena itu, partisipasi
dan keterlibatan individu dalam setiap pengambilan keputusan memiliki arti
penting bagi pertumbuhan organisasi. Dengan keterlibatan mereka dalam
pengambilan keputusan, pada gilirannya akan terbentuk rasa tanggung jawab
bersama dalam mengimplementasikan setiap keputusan yang diambil.
Paul M.
Terry mengemukakan bahwa untuk dapat memberdayakan setiap individu dalam
tingkat persekolahan, seorang pemimpin (baca: kepala sekolah) seyogyanya dapat
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemberdayaan (create an environment conducive
to empowerment), memperlihatkan idealisme pemberdayaan
(demonstrates empowerment ideals), penghargaan terhadap segala usaha
pemberdayaan (encourages all endeavors toward
empowerment) dan penghargaan terhadap segala keberhasilan
pemberdayaan (applauds all empowerment
successes).
Pendapat
di atas mengindikasikan bahwa upaya pemberdayaan bukanlah hal yang sederhana,
melainkan di dalamnya membutuhkan kerja keras dan kesungguhan dari pemimpin
agar anggotanya tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berdaya.
Jika
saja seorang pemimpin sudah mampu memberdayakan seluruh anggotanya maka di sana
akan tumbuh dinamika organisasi yang diwarnai dengan pemikiran kreatif dan
inovatif dari setiap anggotanya. Mereka dapat mengekspresikan dan
mengaktualisasikan dirinya secara leluasa tanpa hambatan sosio-psikologis yang
membelenggunya. Semua akan bekerja dengan disertai rasa tanggung jawab
profesionalnya.
B.
Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan yang efektif akan
terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu
berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi
masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan
bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam
situasi sosial kelompok/oreganisasinya.
Pemimpin yang membuat keputusan
dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakn
sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam
melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk
mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang
dikembangkannya.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua
dimensi sebagai berikut :
- Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan
mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang
terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
- Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan
(support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan
tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan
dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi itu,
selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan.
Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah :
a) Fungsi Instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat
komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi
memerintahkan pelaksanaanya pada orang-orang yang dipimpinnya.
Fungsi ini berarti juga keputusan
yang ditetapkan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau
menterjemahkannyamenjadi instruksi/perintah. Selanjutnya perintah tidak akan
ada artinya jika tidak dilaksanakan. Oleh karena itu sejalan dengan
pengertian kepemimpinan, intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang
lain agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah
ditetapkan.
b) Fungsi
Konsultatif
Fungsi ini berlansung dan bersifat
komunikasi dua arah , meliputi pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak
pimpinan. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap
kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan
orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukan secara terbatas
hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai
bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan.
Tahap berikutnya konsultasi dari
pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan
ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk
memperoleh masukan berupa impan balik (feed Back) yang dapat dipergunakan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan.
Dengan menjalankan fungsi
konsultatif dapat diharapkan keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan
lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlansung efektif.
Fungsi konsultatif ini mengharuskan pimpinan belajar menjadi pendengar yang
baik, yang biasanya tidak mudah melaksanakannya, mengingat pemimpin lebih
banyak menjalankan peranan sebagai pihak yang didengarkan. Untuk itu pemimpin
harus meyakinkan dirinya bahwa dari siapa pun juga selalu mungkin diperoleh
gagasan, aspirasi, saran yang konstruktif bagi pengembangan kepemimpinanya.
c) Fungsi
Partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung
dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang
efektif, antara pemimpin dengan sesama orang yang dipimpinnya, baik dalam
keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
Fungsi partisipasi hanya akan
terwujud jika pemimpin mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya
pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan dalam memecahkan masalah-masalah,
yang bagi pimpinan akan dapat dimanfaatkan untuk mengambil
keputusan-keputusan.sehubungan dengan itu musyawarah menjadi penting, baik yang
dilakukan melalui rapat-rapat mapun saling mengunjungi pada setiap kesempatan
yang ada.musyawarah sebagai kesempatan berpartisipasi, harus dilanjutkan berupa
partisipasi dalam berbagai kegiatan melaksanakan program organisasi.
d) Fungsi
Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan
memberikan limpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui
persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan
pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi dan mengevaluasi yang dapat dan
tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi
pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus bersedia dapat mempercayai
orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila diberi pelimpahan
wewenang. Sedang penerima delegasi harus mampu memelihara kepercayaan itu,
dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.
Fungsi pendelegasian harus diwujudkan
seorang pemimpin karena kemajuan dan perkembangan kelompoknya tidak mungkin
diwujudkannya sendiri. Pemimpin seorang diri tidak akan dapat berbuat banyak
dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama sekali. Oleh karena itu sebagian
wewenangnya perlu didelegasikan pada para pembantunya, agar dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien.
e) Fungsi
Pengedalian
Fungsi
pengendalian merupakan fungsi kontrol. Fungsi ini
cenderung bersifat satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan
cara komunikasi secara dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud
bahwa kepemimpinan yang
sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah
dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan
bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian
dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan
pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil
untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota kelompok/organisasinya.
Pendapat lain tentang peran
kepemimpinan adalah seperti yang diungkapkan oleh Emmett C Murphy (1998) dalam
bukunya yang berjudul “IQ Kepemimpinan” yaitu bahwa peran kepemimpinan antara
lain terbagi kedalam :
- Pemilih
- Penghubung
- Pemecah Masalah
- Evaluator
- Negosiator
- Penyembuh
- Pelindung
- The Synergizer
Fungsi-fungsi kepemimpinan yang
hakiki menurut Sondang P Siagian (1994:47-48) adalah
Pemimpin
selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan,
Wakil
dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar
organisasi,
Pemimpin
selaku komunikator yang efektif,
Mediator
yang andal khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi
konflik,
Pemimpin
selaku integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.
Selaras dengan pendapat tersebut di
atas, Kartini Kartono (1994: 81) mengemukakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah:
Memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangun motivasi
kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik,
memberikan supervisi/pengawasan yang efisien, dan membawa pengikutnya kepada
sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
Dengan demikian, pemimpin pada era
mendatang adalah orang dengan karakteristik tersebut, yang dapat memimpin juga
menjadi pengikut, menjadi sentral dan marginal, menjadi hirarkial di atas dan
di bawah, dan menjadi individualistis dan pemain tim. Pemimpin era mendatang
adalah seseorang yang menciptakan suatu budaya atau sistem nilai yang berpusat
pada prinsip-prinsip seperti pemberdayaan, kepercayaan, ketulusan, pelayanan,
persamaan, keadilan, integritas, kejujuran, dan self evidence.
Fungsi utama pemimpin pendidikan
adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara lain :
ü Pemimpin membantu terciptanya
suasana persaudaraan, kerjasama dengan penuh rasa kebebasan.
ü Pemimpin membantu kelompok untuk
mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan
kepada kelompok dalam menetapkan dan memjelaskan tujuan.
ü Pemimpin membantu kelompok dalam
menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisis situasi
untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling efektif dan efisien.
ü Pemimpin bertanggungjawab dalam
mengambil keputusan bersama dengan kelompok.
ü Pemimpin bertanggung jawab dalam
mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi.
C. Tipe – tipe kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya bahwa
pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu
permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal sebagaimana
menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi
tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal
leadership). Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu
dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan
atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non
personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui
bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga
pengawasan.
3. TIpe kepemimpinan otoriter
(autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras,
sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang
berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4. Tipe kepemimpinan demokratis
(democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai
bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha
bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota
turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan,
perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota
dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5. Tipe kepemimpinan paternalistis
(paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang
bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk
melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada
anaknya.
6. Tipe kepemimpinan menurut bakat
(indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang
informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi,
sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan
biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam
kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.
Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang
dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga
bagian, yaitu :
- Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang,
sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang
berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
- Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya
sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya
berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap
anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan,
penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai
potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
- Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera
setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya
pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan
tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil
inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari
para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan
kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
Berdasarkan
konsep, sikap, sifat dan cara-cara pemimpin melakukan dan mengembangkan
kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka
kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan ke dalam 4 tipe, yaitu:
1.
Tipe
otoriter,
disebut juga tipe kepemimpinan “authoritarian”. Di dalam kepemimpinan yang otoriter,
pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya.
Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok.
2.
Tipe
“Laissez-Faire”,
dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan
kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama
sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya.
Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa
petunjuk atau saran-saran dari pemimpin.
3.
Tipe
demokratis,
pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai
diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya.
Hubungan dengan anggota-anggota kelompoknya bukan sebagai majikan terhadap
buruhnya, melainkan sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya.
4.
Tipe
Pseudo-demokratis,
tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik. Pemimpin tipe
ini hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya ia bersikap
otokrasi. Maksudnya pemimpin menganggap dirinya sebagai pemimpin yang
demokratis, tetapi sebenarnya ia adalah pemimpin yang memanipulasi demokrasi,
menganut demokrasi semu dan lebih mengarah ke kegiatan pemimpin yang otoriter
dalam bentuk yang halus, samar-samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa
disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis.
D.
Hakikat
Pemimpin
Pemimpin pada hakikatnya adalah
seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di
dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.”
Dalam kegiatannya bahwa pemimpin
memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan
dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin
harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam
melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kepemimpinan
mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan
anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga
dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat
memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan
sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya
tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan
memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, kareana apabila tidak
memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan
dapat tercapai secara maksimal.
Kepemimpinan
(leadership) yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat
menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong gairah kerja karyawan untuk
mencapai sasaran yang maksimal. Kepemimpinan adalah kata benda dari pemimpin
(leader).
Kepemimpinan
adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan,agar mau bekerjasama
dan bekerja produktif untuk mencapai tujuan organisasi.Pemimpin pada hakikatnya
adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain di dalam kerjanya dengan menggunakankekuasaan.
Dalam
kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan
dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yangharus
dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suaraarahan
dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapatdengan
mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan
demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama diantara
pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan
anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain parapemimpin tidak
hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat
mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya.
Sehingga
terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin
dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik.
E.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam Manajemen Pendidikan
Dalam melaksanakan aktivitasnya
bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut
sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981), yaitu :
- Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan
harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan
pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
- Harapan dan perilaku atasan.
- Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan
mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
- Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan
mempengaruhi gaya pemimpin.
- Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan
perilaku bawahan.
- Harapan dan perilaku rekan
Berdasarkan faktor-faktor tersebut,
maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh
factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh
sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam
hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping
dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri
untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan
sikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya peranan seorang pemimpin
sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
- Sebagai pelaksana (executive)
- Sebagai perencana (planner)
- Sebagai seorangahli (expert)
- Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar
(external group representative)
- Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota
kelompok (controller of internal relationship)
- Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman
(purveyor of rewards and punishments)
- Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and
mediator)
- Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
- Merupakan lambang dari pada kelompok (symbol of the
group)
- Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya
(surrogate for individual responsibility)
- Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
- Bertindak sebagai seorang aya (father figure)
- Sebagai kambing hitam (scape goat)
Berdasarkan dari peranan pemimpin
tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus memiliki
peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin memiliki
tugas yang embannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
- Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan
kelompoknya.
- Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak
yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai.
- Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi
kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan
khayalan
Tugas pemimpin tersebut akan
berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus
dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana
seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai
pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian
suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang profesional, di mana ia memahami
akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan
peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin
hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja
yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam
mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan.
F.
Syarat-syarat
Pemimpin Pendidikan
Syarat-syarat yang harus dimiliki
oleh pemimpin pendidikan antara lain :
1)
Rendah
hati dan sederhana
2)
Bersifat
suka menolong
3)
Sabar
dan memiliki kestabilan emosi
4)
Percaya
kepada diri sendiri
5)
Jujur,
adil, dan dapat dipercaya
6)
Keahlian
dalam jabatan
7)
Kepemimpinan
8)
Kepribadian
9)
Sikap
social
10)
Manajerial
11)
Supervisi
12)
Kewirausahaan
G.
Ketempilan
yang Harus Dimiliki Pemimpin
a. Keterampilan dalam memimpin
Pemimpin harus menguasai cara-cara
kepemimpinan, memiliki keterampilan memimpin supaya dapat bertindak sebagai
seorang pemimpin yang baik. Untuk itu harus memiliki kemampuan bagaimana
caranya : menyusun rencana bersama, mengajak annotanya berpartisipasi, member
bantuan kepada anggota kelompok, memupuk moral kelompok, bersama-sama membuat
keputusan. Pemimpin tidak hanya tahu, tetapi harus dapat melaksanakan.
Agar
ia menjadi seorang pemimpin yang baik, perlulah menguasai bagaimana caranya:
menyusun rencana bersama, mengajak anggota berpartisipasi, memberi bantuan
kepada anggota kelompok, memupuk moral kelompok, bersama-sama membuat
keputusan. Menghindarkan “working
on the group” dan “working
for the group” dan mengembangkan “working within the group”, membagi dan
menyerahkan tanggung jawab dan sebagainya.
b. Keterampilan dalam hubungan insane
Ada 2 macam hubungan manusia: (1) hubungan
fungsional atau hubungan formal yaitu hubungan karena tugas resmi; dan (2)
hubungan pribadi atau informal, ialah hubungan yang tidak didasarkan atas tugas
resmi, tetapi lebih bersifat kekeluargaan. Pemimpin yang baik harus bisa bijak
dalam memisahkan urusan tersebut.
Hubungan
insane merupakan hubungan antar manusia. Ada dua jenis hubungan yaitu :
1) Hubungan karna tugas resmi
2) Hubungan kekeluargaan
c. Keterampilan dalam proses kelompok
Maksud
utama adalah meningkatkan partisipasi anggota kelompompok sehingga dapat
mengefektifkan potensi. Pemimpin sebagai penengah , pendamai, dan bukan menjadi
hakim.
d. Keterampilan dalam proses
administrasi personil
Kegiatan ini mencangkup segala usaha
yang menggunakan keahlian yang dimiliki petugas secara efektif. Kegiatannya
meliputi seleksi, pengangkatan, penempatan, penugasan, orientasi, pengawasan,
bimbingan, dan pengembangan, serta kesejahteraan.
e. Keterampilan dalam menilai
Merupaka usaha untuk mengetahui
sejauh mana tujuan sudah tercapai. Teknik dan prosedur evaluasi : menentukan
tujuan penilaian, menetapkan norma / ukuran yang akan dinilai, mengumpulkan data-data,
pengolahan data, menyimpulkan hasil penilaian.
H.
Pendekatan
tentang Teori Munculnya Pemimpin
`Peran pemimpin dalam organisasi
merupakan penentu keberhasilan dan suksesnya tujuan yang hendak dicapai. Arah
perjalanan sebuah organisasi berangkat dari ide-ide utama dan pemikiran serta
visi para pemimpin.
Kenyataan membuktikan bahwa tanpa
kehadiran pemimpin, suatu organisasi akan bersifat statis dan cenderung
berjalan tanpa arah, meskipun hal tersebut bukan satu-satunya ukuran
keberhasilan jika diukur dari tingkat kinerja organisasi. Teori kepemimpinan
pada dasarnya mencoba menerangkan dua hal yaitu, faktor pemunculan kepemimpinan
dan sifat dasar kepemimpinan.
Ada beberapa pendekatan yang
digunakan para ahli untuk menjelaskan tentang kepemimpinan yang efektif. Rivai
dan Mulyadi menjelaskan: "Pendekatan pertama berdasarkan sifat-sifat
kepribadian umum yang dimiliki seorang pemimpin. Pendekatan kedua berdasarkan
tingkah laku pemimpin. Pendekatan ketiga berdasarkan situasional (kemungkinan).
Pendekatan keempat berdasarkan pada ciri atau sifat dari suatu perspektif yang
berbeda yaitu mencoba mengidentifikasikan seperangkat ciri pemimpin yang
menjadi acuan orang lain."
Pada penelitian tentang
kepemimpinan, dikenal tiga pendekatan, yaitu; sifat, perilaku, dan situasional.
Yukl menambahkan pendekatan power-influence yang
menganggap semakin besar kekuasaan yang dapat digunakan seorang pemimpin maka
kepemimpinannya akan semakin efektif.
a. Kepemimpinan Menurut Teori Sifat
(Traits Model)
Pendekatan
sifat memandang bahwa kepemimpinan adalah kombinasi dari sifat-sifat
(traits) yang tampak. Menurut Yukl, Razik dan Swanson dalam Ann Gracia,
penelitian pada teori sifat terfokus pada karakteristik kepribadian pemimpin
dan mencoba menghubungkannya dengan keahlian yang khusus. Teori ini membedakan
pemimpin dari yang bukan pemimpin dengan berfokus pada berbagai sifat dan
karakteristik pribadi yang dikaitkan dengan keterampilan yang khas.
Jadi,
berhasil atau tidaknya kepemimpinan seseorang ditentukan oleh karakteristik
khas (fisik, mental, kepribadian) yang dimiliki pemimpin tersebut. Seorang
pemimpin akan dikenal melalui sifat-sifat pribadinya yang ditentukan oleh sifat
jasmaniah dan rohaniahnya.
Asumsinya,
bahwa beberapa orang merupakan pemimpin alamiah dan dianugerahi beberapa ciri
yang tidak dipunyai orang lain seperti energi yang tidak habis, intuisi
mendalam, pandangan masa depan yang luar biasa (visioner) dan kekuatan persuasif
yang tak tertahankan.
Wahjosumidjo
menyatakan bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditandai oleh daya kecakapan
luar biasa seperti: tidak kenal lelah atau penuh energi; intuisi yang tajam;
tinjauan ke masa depan yang tidak sempit; dan kecakapan meyakinkan yang sangat
menarik.
Sifat
dan perangai pemimpin sangat berpengaruh pada keberhasilan kepemimpinannya.Teori
ini juga disebut teori “great man” yang menyatakan bahwa seseorang yang
dilahirkan sebagai pemimpin maka ia akan menjadi pemimpin, apakah ia mempunyai
atau tidak sifat sebagai pemimpin.
Edwin
Ghinselli yang dikutip oleh Handoko menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa ada
beberapa sifat yang sangat dominan dalam menentukan keberhasilan kepemimpinan
seseorang. Sifat-sifat tersebut adalah :
a)
Supervisory
ability yaitu
kemampuan dalam mengawasi bawahan. Ini merupakan fungsi dasar manajemen khususnya
dalam fungsi sebagai pengarah dan pengawas.
b)
Decisiveness (ketegaan) yaitu kemampuan
untuk membuat keputusandan memecahkan masalah dengan tepat.
c)
Ada
keinginan sukses atau kebutuhan prestasi dalam pekerjaan.
d)
Kecerdasan
yang mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir.
e)
Self-confidence yaitu adanya pandangan
terhadap diri sendiri yang mampu untuk menghadapi masalah.
f)
Inisiatif yaitu kemampuan bertindak
dengan tidak bergantung pada orang lain dan mengembangkan kegiatan serta
berinovasi.
Semakin banyak sifat-sifat itu ada
pada diri seorang pemimpin, maka kepemimpinannya dipercaya akan semakin
efektif.
Keith Davis dalam
Miftah Thoha merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu :
ü Kecerdasan
Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin
dengan tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Akan
tetapi, yang menarik ialah pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak dari
kecerdasan pengikutnya.
ü Kedewasaan dan
keluasan hubungan social
Pemimpin cenderung matang dan mempunyai emosi stabil, serta
mempunyai perhatian luas terhadap aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan
menghargai dan dihargai.
ü Motivasi diri dan
dorongan berprestasi
Para pemimpin
relatif mempunyai dorongan motivasi kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja dan
berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsik dibandingkan dari ekstrinsik.
ü Sikap-sikap
hubungan kemanusiaan
Pemimpin yang
berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak
kepadanya.
Robbin dan Judge
mengemukan dua kesimpulan mereka dari temuan terakhir tentang teori sifat ini,
yaitu: (1) Sifat memang bisa memprediksikan kepemimpinan. (2) Sifat
kepemimpinan lebih baik dalam memprediksi munculnya pemimpin dan tampilnya kepemimpinan
dari pada dalam membedakan antara pimpinan yang efektif dan tidak efektif.
Dalam upaya melaksanakan kepemimpinan yang efektif, selain
memiliki kemampuan dan keterampilan dalam kepemimpinan, seorang pemimpin
sebaiknya menentukan gaya kepemimpinan yang tepat sesuai dengan situasi dan
kondisi anggota kelompok. Banyak studi ilmiah yang dilakukan oleh banyak ahli
mengenai kepemimpinan, dan hasilnya berupa teori-teori tentang kepemimpinan.
Sehingga teori-teori yang muncul menunjukkan perbedaan. Menurut Kartini Kartono
(1994:61) perbedaan-perbedaan tersebut antara lain dalam; pendapat dan
uraiannya, metodologinya, intepretasi yang diberikan dan kesimpulan yang
ditarik.
Menurut M. Thoha (1994:250) mengungkapkan beberapa teori
kepemimpinan yaitu:
1.
Teori Sifat ( Trait Theory)
Pada pendekatan teori
sifat, analisa ilmiah tentang kepemimpinan dimulai dengan memusatkan
perhatiannya pada pemimpin itu sendiri. Yaitu apakah sifat-siftat yang membuat
seseorang itu sebagai pemimpin. Dalam teori sifat, penekanan lebih pada
sifat-sifat umum yang dimilki pemimpin, yaitu sifat-sifat yang dibawa sejak
lahir. Teori ini mendapat kritikan dari aliran perilaku yang menyatakan bahwa
pemimpin dapat dicapai lewat pendidikan dan pengalaman.
`Sehubungan dengan hal tersebut , Keith Davis (dalam Kartini
Kartono, 1994:251) merumuskan empat sifat umum yang nampaknya mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan efektifitas kepemimpinan yaitu:
a) Kecerdasan, hasil penelitian pada umunya membuktikan bahwa
pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang dipimpin.
b) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, pemimpin cenderung
menjadi matang dan mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas
sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
c) Motivasi diri dan dorongan berprestasi, para pemimpin secara
relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja
berusaha mendapatkan
penghargaan yang intrinsik dibandingkan dengan ekstrinsik.
penghargaan yang intrinsik dibandingkan dengan ekstrinsik.
d) Sikap dan hub ungan kemanusiaan, pemimpin-pemimpin yang
berhasil mau mengakui harga diri dan kekuatan para pengikutnya dan mampu
berpihak kepadanya.
2. Teori Situasional dan Model Kontingensi.
Dalam model kontingensi memfokuskan pentingnya situasi dalam
menetapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi.
Sehingga model tersebut berdasarkan kepada situasi untuk efektifitas
kepemimpinan. Menurut Fread Fiedler, kepemimpinan yang berhasil bergantung
kepada penerapan gaya kepemimpinan terhadap situasi tertentu. Sehingga suatu
gaya kepemimpinan akan efektif pabila gaya kepemimpinan tersebut digunakan
dalam situasi yang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut Fiedler (dalam Abi
Sujak, 1990:10) mengelompokkan gaya kepemimpinan sebagai berikut:
a)
Gaya kepemipinan yang
berorientasi pada orang (hubungan).
Dalam gaya ini pemimpin akan mendapatkan kepuasan apabila terjadi hubungan yang mapan diantara sesama anggota kelompok dalam suatu pekerjaan. Pemimpin menekankan hubungan pemimpin degan bwahan atau anggota sebagai teman sekerja.
Dalam gaya ini pemimpin akan mendapatkan kepuasan apabila terjadi hubungan yang mapan diantara sesama anggota kelompok dalam suatu pekerjaan. Pemimpin menekankan hubungan pemimpin degan bwahan atau anggota sebagai teman sekerja.
b)
Gaya kepemimpinan yang
beroreitasi pada tugas. Dalam gaya ini pemimpin akan merasa puas apabila mampu
menyelesaikan tugas-tugas yang ada padanya. Sehingga tidak memperhatikan
hubungan yang harmonis dengan bawahan atau anggota, tetapi lebih berorentasi
pada pelaksanaan tugas sebagai prioritas yang utama.
3. Teori Jalan Kecil-Tujuan (Paht-Goal Theory)
Dalam teori Jalan Kecil-Tujuan berusaha untuk menjelaskan
pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan pekerjaan
bawahan atau angotanya.
Berdasarkan hal tersebut, House (dalam M. Thoha, 1996:259)
dalam Path-Goal Thery memasukkan empat gaya utama kepemimpinan sebagai berikut:
a)
Kepemimpinan direktif.
Gaya ini menganggap
bawahan tahu senyatanya apa yang diharpkan dari pimpinan dan pengarahan yang khusus
diberikan oleh pimpinan. Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan atau anggota.
b) Kepemimpinan yang mendukung.
Gaya ini pemimpin mempunyai kesediaan untuk menjelaskan
sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang
murni terhadap bawahan atau anggotanya.
c)
Kepemimpinan partisipatif.
Gaya kepemimpinan ini, pemimpin berusaha meminta dan
mempergunakan saran-saran dari para bawahannya. Namun pengambilan keputusan
masih tetap berada padanya.
d)
Kepemimpinan yang
berorientasi pada prestasi.
Gaya kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang
menantang para bawahannya untuk berprestasi. Demikian juga pemimpin memberikan
keyakinan kepada mereka mampu melaksnakan tugas pekerjaan mencapai tujuan
secara baik.
I.
Pendekatan
dalam mempelajari Kepemimpinan Pendidikan
Tiga keterampilan / skills yang
harus dikuasai oleh seorang pemimpin (Kazt) :
Human
Relatian Skill
Kemampuan berhubungan dengan bawahan
Technical
Skill
Kemampuan menerapkan ilmunya ke
dalam pelaksanaan (operasional)
Conceptional
Skill
Kemampuan
dalam melihat sesuatu sacara keseluruhan yang kemudian dapat merumuskannya.
Seperti dalam mengamibil keputusan, membentuk kebijakan, dll. Kemampuan ini
juga disebut Managerial Skill.
1. Pendekatan Sifat (Traits Aproach)
Pendekatan yang didasari asumsi
bahwa kondisi fisik dan karakteristik pribadi adalah penting bagi kesuksesan
pemimpin.
2. Pendekatan keperilakuan (Behavioral
Aproach)
Pendekatan yang memandang
kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan sifat-sifatnya.
Studi ini melihat dan mengidentifikasi perilaku yang khas dari pemimpin dalam
kegiatannya dalam mempengaruhi anggota-anggota kelompoknya.
3. Pendekatan ini menitikberatkan Pandangannya
Pada Dua Aspek Perilaku Kepemimpinan :
Fungsi-fungsi
kepemimpinan
Gaya-gaya
kepemimpinan
Gaya-gaya kepemimpinan dapat
dikategorikan sebagai gaya yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan
gaya yang berorientasi dengan bawahannya (employee oriented).
Teori-teori yang termasuk dalam
pendekatan keperilakuan antara lain :
1.
Studi
Kepemimpinan Ohio State University
Studi
ini dilakukan di Ohio State Universty oleh Hemphil dan Coons, dan kemudian
dilanjutkan oleh Halpin dan Winer.
Studi ini melihat kepemimpinan itu
atas dua dimensi perilaku pemimpin :
Initiating
Structure (Struktur Tugas)
Merupakan
cara pemimpin melukiskan hubungannya dengan bawahan dalam usaha menetapkan pola
organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau prosedur yang dipakai dalam
organisasi.
Consideration
(tenggang rasa)
Merupakan
perilaku saling menghargai dan persahabatan antara pemimpin dengan bawahanyya.
2.
Teori
Kepemimpinan Managerial Grid
Teori
ini dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jene S. Mouton yang membedakan dua
dimensi dalam kepemimpinan :
Concern
For People
Menekankan
pada hubungan antar individu
Concern
For Production : Menekankan pada produksi
Terdapat lima gaya kepemimpinan yang
merupaka kombinasi dari kedua gaya kepemimpinan dia atas antara lain :
a.
Gaya
Kepemimpinan Improverished
Pemimpin
menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu .
b.
Gaya
Kepemimpinan Country Club
Kepemimpinan
yang didasarkan pada hubungan informal antara individu, keramahan dan
kegembiraan.
c.
Gaya
Kepemimpinan Team
Keberhasilan
suatu organisasi tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh
pengabdian Dasar kepemimpinan ini adalah saling percaya dan penghargaan antar
sesama anggota kelompok.
d.
Gaya
Kepemimpinan Task
Pemimpin
memandang efisien kerja sebagai factor utama untuk keberhasilan organisasi.
Penekanan pada penampilan individu dalam organisasi.
e.
Gaya
Kepemimpinan Midle Road
Artinyat
tengah-tengah. Penekanan pada keseimbangan yang optimal antara tugas dan
hubungan manusia.
4.
Pendekatan
Kontingensi / Situasi
Model ini banyak melahirkan beberapa
model kepemimpinan, diantaranya :
ü Model Kepemimpinan Kontingensi (Fred.E.
Fiedlr) Seorang pemimpin akan sukses bila menerapkan gaya kepemimpinan yang
berbeda.
ü Model Kepemimpinan Tiga Dimensi (Williaw
J. Reddin) Model ini dinamakan “Three DImentional Model” karena dalam
pendekatannya menggunakan tiga kelompok gaya (Gaya dasar, Gaya Efektif, Gaya
tidak efektif).
ü Teori Kepemimpinan Situasional (Paul
Hersey dan Keneth H.Blanchard. M). Pemimpin yang efektif tergantung pada taraf
kematangan pengikut dan kemampuan pemimpin untuk menyesuaikan orientasinya,
baik orientasi tugas ataupun hubungan antar manusia. Ada empat gaya
kepemimpinan, Yaitu :
Telling,
perilaku pemimpin dengan tugas tinggi dan hubungan rendah
Selling,
perilaku pemimpin dengan tugas tinggi dan hubungan tinggi
Participating,
perilaku pemimpin dengan tugas rendah dan hubungan tinggi
Delegating,
perilaku pemimpin dengan rendah tinggi dan hubungan rendah.
J.
Pemimpin
Pendidikan
Yang disebut pemimpin pendidikan
adalah orang yang memilki kelebihan untuk mempengaruhi, mengajak, mendorong,
membimbing, menggerakkan dan mengkoordinasikan staf pendidikan lainnya ke arah
peningkatan mutu pendidikan.
Pemimpin Resmi, dimilki oleh
orang yang menduduki posisi dalam struktur pendidikan. Pemimpin tidak resmi,
bisa dimilki oleh setiap orang yang memberikan araha kepada perbaikan
pendidikan
K.
Model-model
kepemimpinan dalam pendidikan
1. Kepemimpinan
Visioner
Lee Roy Beach (1993:50) mendefinisikan visi sebagai berikut
:
Vision defines the ideal fiture,
perhaps implying retention of the current cultura and the activities, or
perhaps implying change.
Visi menggambarkan masa depan yang
ideal, barangkali menyiratkan ingatan budaya yang sekarang dan aktivitas, atau
barangkali menyiratkan perubahan
Terbentuknya visi dipengaruhi oleh
pengalaman hidup, pendidikan, pengalaman professional, interaksi da komunikasi,
penemuan keilmuan serta kegiatan intelektual yang membentuk pola piker tertentu
(Gaffar, 1994 : 56)
Kepemimpinan yang relevan dengan
tuntutan “school based management”. Kepemimpinan ini yang difokuskan pada
rekayasa masa depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan (agen of
change) yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas,
menjadi pelatih yang provisional dan menjadi pembimbing anggota lainnya.
Visioner Leadership didasarka pada
tuntutan perubahan zaman yang menuntut dikembangkannya secara intensif peran
pendidikan dalam menciptaka sumber daya menusia yang handal.
Untuk menjadi pemimpin yang
Visioner, maka seseorang harus :
a.
Memahami
konsep visi
b.
Memahami
karakteristik dan unsure visi
Karakter visi antara lain:
a.
Memperjelas
arah dan tujuan, mudah dimengerti dan diartikulasi
b.
Mencerminka
cita-cita yang tinggi dan menetapka standart of excellence
c.
Menembuhkan
inspirasi, semanngat, kegairahan, dan komitmen
d.
Menciptakan
makna bagi anggota oeganisasi
e.
Merefleksikan
keunikan, atau keistimewaan organisasi, dst
f.
Memahami
tujuan visi
Tujuan visi antara lain :
a.
Memperjelas
arah umum perubahan kebijakan organisasi
b.
Memotivasi
karyawa kea rah yang baik
c.
Membantu
proses mengkoordinasi tindakan-tindakan tertentu orang-orang yang berbeda
Langkah
– langkah menjadi Visionary Leadership
a.
Penciptaan
Visi, dari hasil kreatifitas pikir pemimpin berupa ide-ide ideal tentang
cita-cita di masa depan.
b.
Perumusan
Visi
Pembentukan
dan perumusan visi oleh anggota tim kepemimpinan
Merumuskan
strategi secara konsensus
Membulatkan
sikap dan tekad sebagai total commitment untuk mewujudkan visi ini menjadi
suatu kenyataan.
c.
Transformasi
Visi, Kemampuan membangun kepercayaan
d.
Impelemntasi
Visi , Kemampuan pemimpin dalam menjabarkan dan menterjemahkan visi ke dalam
tindakan.
Pendidikan harus mampu mengantisipasi berbagai
tuntutan,seperti :
ü Sekolah diharapkan dapat
menyelenggarakan program yang lebih humanis
ü Dunia pendidikan harus mampu
menjamin peserta didiknya di berbagai bidang profesi sebagai syarat untuk
memperoleh hak bekerja sesuai dengan kompetensinya.
ü Pendidikan harus mampu menyiapkan
hasil didik yang kompeten dalam berbagai aspek.
ü Kurikulum pendidikan harus mampu
menjaga keserasian antara program dengan aspirasi masyarakat dan negara
ü Pendidikan diharapkan mampu
menampung politisasi pendidikan, kebutuhan belajar sepanjang hayat dan
internasionalisasi pendidikan.
Menjadi Seorang pemimpin yang
Visioner dalam Menghasilkan Produktivitas Pendidikan :
ü Berusaha merekayasa masa depan untuk
menciptakan pendidikan yang produktif
ü Menjadikan dirinya sebagai agen
perubahan
ü Memposisikan sebagai penentu arah
organisasi
ü Pelatih atau pembimbing yang
profesional
ü Mampu menampilkan kekuatan
pengetahuan berdasarkan pengalaman profesional dan pendidikannya
2. Kepemimpinan
Transformasional
Kepemimpinan
transformasional dibangun dari dua kata :
a. Kepemimpinan (leadership) :
Setiap tindakan yang dilakukan oleh
eseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan, dan mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tujuan.
b. Transformasional (transformational)
:
1) Mengubah sesuatu menjadi bentuk lain
yang berbeda.
2) Kepemimpinan Transformasional diukur
dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut terhadap para pengikutnya.
3)
Formulasi
dari teori Kepemimpinan Transformasional antara lain :
Ø Karisma
Ø Stimulasi intelektual
Ø Perhatian yang individualisasi
Dapat dikatakan bahwa seorang kepala
sekolah menerapkan teoti Kepemimpinan Transformasional jika dia mampu mengubah
energy sumber-sumber daya baik manusia maupun non manusia untuk mencapai
tujuan-tujuan sekolah seperti yang dikemukakan oleh Sudarwan Danim (2003 : 54).
Menurut Leithwood dkk (1999)
mengatakan “transformational leadership is seen to be sensitive to
organiation building developing shared vision, distributing leadership and
building school culture necessary to current restructing efforts in school”.
Pemimpin dengan kepemimpinan
transformasional adalah kepemimpinan yang memilki visi ke depan dan mampu
mengidentifikasikan perubahan lingkungan serta mampu mentransformasikan
perubahan tersebut ke dalam organisasi.
Dimensi - dimensi kepemimpinan
Transformasional Menurut BASS dan AVOLIO (1994) dengan konsep 4I, yaitu :
a.
Idealized
Influenced, perilaku yang menghasilkan rasa hormat (respect) dan rasa percaya
dari orang- orang yang dipimpinnya.
b.
Inspirational
Motivation, senantiasa menyediakan tantangan dan makna atas pekerjaan
orang-orang yang dipimpinnya.
c.
Intellectual
Simulation, senantiasa menggali ide-ide baru dan solusi yang kreatif dari
orang-orang yang dipimpinnya
d.
Individualized
consideration, memberikan perhatian khusus kepada kebutuhan prestasi dan
kebutuhan orang yang dipimpinnya.
Model kepemimpinan transformasial
perlu diterapkan dalam dunia pendidikan, karena merupakan salah satu solusi
krisis kepemimpinan terutama dalam bidang pendidikan. Olga Epitropika
(2001:1) mengemukakan 6 hal mengapa kepemimpinan transformasial penting bagi
suatu organisasi.
1)
Secara
signifikan meningkatkan kinerja organisasi.
2)
Secara
positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan
pelanggan.
3)
Membangkitkan
komitmen para anggota terhadap organisasi.
4)
Meningkatkan
kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian organisasi.
5)
Meningkatkan
kepuasan [ekerja melalui pekerjaan dan pemimpin.
6)
Mengurangi
stress para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan.
Implementasi odel kepemimpinan
transformasional falam organisasi / intstansi pendidikan perlu memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut.
ü Mengaci pada nilai – nilai agama
yang ada dalam organisasi / instansi atau bahkan suatu negara.
ü Disesuaikan dengan nilai – nilai
yang terkandung dalam sistem organisasi atau instansi tersebut.
ü Menggali budaya yang ada dalam
organisasi tersebut.
ü Karena sistem pendidikan merupakan
suatu sub sistem maka harus memperhatikan sistem yang lebih besar yang ada di
atasnya seperti sistem suatu negara.
Kepemimpinan transformasional hampir
sama dengan kepemimpinan transforming. Burns membatasi kepemimpinan yang
mentransformasi kepada para pemimpin yang selalu mendapat pencerahan(enlightened)
yang menunjuk kepada nilai – nilai moral yang positif dan kebutuhan – kebutuhan
tingkat yang lebih tinggi dari para pengikutnya.bagi Bass,seorang pemimpin yang
mengaktifkan motivasi pengikut dan meningkatkan komitmennya adalah
transformasional, tidak memperhatikan apakan memiliki efek yang menguntungkan
untuk pengikutnya atau tidak. Jadi, dengan demikian kepemimpinan transforming
merujuk pada pencerahan yang memperhatikan kepemimpinan nilai – nilai moral
positif dan kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi dari para pengikutnya,
sedangkan kepemimpinan transformasional tanpa memperhatikan efeknya terhadap
pengikutnya atau mengesampingkan nilai – nilai moral yang positif.
Hal ini senada dengan pendapat
Golmen, et.al (2003) yang mengatakan kepemimpinan transforming adalah
kepemimpinan yang memiliki kesadaran sendiri tentang emosionalnya, manajemen
diri sendiri, kesadaran sosial dan manajemen hubungan kerja. Pola perilaku
kepemimpinan yang seperti inidiharapkan berpengaruh positif terhadap bawahannya
dalam membentuk nilai – nilai dan keyakinan untuk mencapai tujuan organisasi
(Anderson 1998).
L.
Hal
– hal yang harus di miliki oleh seorang pemimpin
Meskipun dikalangan para ahli
persyaratan pemimpin belum disepakati sepenuhnya namun ada sejumlah sifat-sifat
kepribadian yang perlu dimiliki para memimpin, yaitu :
Pendidikan
umum yang luas
Kematangan
mental
Sifat
ingin tahu
Kemampuan
analitis
Memiliki
daya ingat yang kuat
Integrative.
Seorang wirausaha harus memiliki kepribadian terpadu tidak terpecah-pecah yang
membuat dia terombang-ambing
Keterampilan
berkomunikasi
Keterampilan
mendidik. Seorang wirausaha harus mampu memberi petunjuk dan mendidik para
karyawan dalam beberapa hal yang berhubungan dengan pekerjaan.
Rasional
dan objektif. Pemikiran-pemikiran, kesimpulan dan keputusan yang diambil oleh
seorang wirausaha harus berlandaskan pada pemikiran-pemikiran sehat, rasional
dan objektif, tidak pilih kasih dan tidak emosional.
Pragmatisme.
Keputusan-keputusan seorang wirausaha harus dibuat sesuai kemampuan dan sumber
daya yang tersedia.
Ada
naluri prioritas. Berhubungan terbatasnya sumber daya yang tersedia maka
seorang wirausaha harus mampu menetapkan skala prioritas apa yang harus
dikerjakan lebih dulu.
Pandai
mengatur waktu. Seorang wirausaha harus mampu bertindak cepat dan tepat dan
mempertimbangkan waktu secara efisien.
Sifat
keberanian
Kemampuan
mendengar. Seorang wirausaha harus mampu menggali .informasi dan mendengar apa
ide dan keinginan dari para karyawannya.
BAB III
FAKTOR PENDUKUNG, PENGHAMBAT, DAN
SOLUSI
A. Tabel
No
|
Sub Masalah
|
Pendukung
|
Penghambat
|
Solusi
|
Apa Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
|
Untuk dapat mempengaruhi,
mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu
memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya
terbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang
telah ditetapkan.
|
Tantangan Global dan Modernisasi
|
Memliki
kesehatan jasmani dan rohani yang baik, Berpegang teguh pada tujuan yang
dicapai, Bersemangat, Cakap di dalam memberi bimbingan, Jujur, Cerdas
Cakap
di dalam hal mengajar dan menaruh perhatian kepercayaan yang baik dan
berusaha untuk mencapainya.
|
|
2
|
Apa Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
|
Fungsi instuktif, konsultatif,
partisipasi, delegasi, pengendalian
|
Tdak di jalankan sesuai dengan
fungsi dan situasi sosial
|
Di wujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan
|
3
|
Apa saja Tipe Kepemimpinan Pendidikan
|
Tipe demokratis, tipe non-pribadi,
otokratis
|
Pemimpin tipe otoriter,
Laissez-Faire, pseudo-demokratis
|
Memiliki sifat pemimpin yang
demokratis, jujur dan terbuka
|
4
|
Apa saja bagaimana Hakikat pemimpin
|
mempunyai kekuasan untuk
mempengaruhi, mengarahkan, anggotanya sehubungan dengan tugasnya
|
Mengunakan wewenang dengan
sewenang-wenangnya, tidak terjalinnya hubungan yang baik
|
Menjalin hubungan sosial yang
selalu berinteraksi antara atasan dengan bawahan
|
5
|
Apa saja Faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.
|
Kepribadian, perilaku atasan,
karakteristik, kebijakan organisasi, perilaku rekan
|
Tidak memahami tugas dan
kewajibannya sebagai pemimpin
|
Pemimpin harus mengarahkan,
membimbing dan mejalin hubungan komunikasi
|
6
|
Apa saja Syarat-Syarat Untuk Menjadi Pemimpin Pendidikan
|
Memiliki visi dan misi serta
tujuan
|
Tidak menanamkan jiwa
kepemimipinan
|
Rendah hati dan sederhana,
Bersifat suka menolong, Sabar dan memiliki kestabilan emosi, Percaya kepada
diri sendiri, Jujur, adil, dan dapat dipercaya, Keahlian dalam jabatan,
Kepemimpinan, Kepribadian, Sikap social, Manajerial, Supervisi, Kewirausahaan
|
7
|
Apa saja kah Keterampilan Yang Harus Dimiliki Oleh
Seorang Pemimpin
|
Keterampilan dalam memimpin, Keterampilan dalam hubungan
insane, Keterampilan dalam proses kelompok, Keterampilan dalam proses
administrasi personil, Keterampilan dalam menilai.
|
Tidak memiliki keterampilan
|
Mengembangkan kemampuan dan pola
pikir
|
8
|
Apa saja Pendekatan Tentang Teori Munculnya Pemimpin
|
Teori sifat, situasional, dan model
kontingensi, teori jalan kecil-tujuan
|
Tidak mampu menetukan gaya
kepemimpinan yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi anggota
kelompok
|
Memiliki kemampuan, keterampilan
dalam memimpin
|
9
|
Apa saja Pendekatan Dalam
Mempelajari Kepemimpinan Pendidikan
|
Pendekatan sifat, perilaku, dan
kontingensi
|
Gaya kepemimpinan, funsi
kepemimpinan
|
Mengambil keputusan, membentuk
kebijakan
|
10
|
Apa saja Pengertian Dari
Pemimpinan Pendidikan
|
Pemimpin resmi yang memiliki
kedudukan dalam struktur pendidikan
|
Belum mampu untuk memimpin suatu
organisasi
|
Mampu untuk mempengaruhi,
mengajak, mendorong, membimbing, menggerakan, dan mengkoordinasikan
|
11
|
Apa saja Model-Model Kepemimpinan Dalam Pendidikan
|
Kepemimpinan visioner,
transformasional
|
Sekolah diharapkan dapat menyelenggarakan program yang
lebih humanis, Dunia pendidikan harus mampu menjamin peserta didiknya di
berbagai bidang profesi sebagai syarat untuk memperoleh hak bekerja sesuai
dengan kompetensinya, Pendidikan harus mampu menyiapkan hasil didik yang
kompeten dalam berbagai aspek, Kurikulum pendidikan harus mampu menjaga
keserasian antara program dengan aspirasi masyarakat dan Negara, Pendidikan
diharapkan mampu menampung politisasi pendidikan, kebutuhan belajar
sepanjang hayat dan internasionalisasi pendidikan.
|
Pembentukan dan perumusan visi
oleh anggota tim kepemimpinan, Merumuskan strategi secara consensus,
Membulatkan sikap dan tekad sebagai total commitment untuk mewujudkan visi
ini menjadi suatu kenyataan.
|
12
|
Apa saja Hal – hal yang harus di miliki oleh seorang
pemimpin
|
Memiliki pendidikan dan wawasan
yang luas
|
Tidak rasional dan objektif serta
tidak memiliki siufat yang integrative
|
Mendidik, rasional, objektif,
pragmatisme, naluri prioritas, pandai mengatur waktu, dan kemampuan untuk
mengatur waktu
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemimpin pada hakikatnya adalah
seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di
dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin
memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan
dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya
adalah tipe kepemimpinan pribadi, Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe
kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis,
tipe kepemimpinan menurut bakat.
Disamping tipe-tipe kepemimpinan
tersebut juga ada pendapat yang mengemukakan menjadi tiga tipe antara lain
yairtu Otokratis, Demokratis, dan Laisezfaire. Faktor-faktor yang
mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ; kepribadian (personality), harapan
dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan
organisasi, dan harapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya bahwa
factor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam melaksanakan
aktivitasnya.
Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya
meliputi ; menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat
dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai,
meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang
realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.Pemimpin yang
professional adalah pemimpin yang memahami akan tugas dan kewajibannya, serta
dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya
suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu
kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama
yang telah ditetapkan.
1.
Kepemimpinan
pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan,
sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif
dan efisien.
2.
Fungsi
kepemimpinan pendidikan adalah untuk membina persaudaraan dan bertanggung jawab
dalam mengambil keputusan , mengembangkan, dan mempertahankan eksistensi
organisasi
3.
Tipe-tipe
kepemimpinan pendidikan antara lain otoriter, Laissez-faire, Demokratis, dan
Pseudo-demokratis.
4.
Syarat-syarat
untuk menjadi pemimpin pendidikan antara lain rendah hati, percaya kepada diri
sendiri, jujur, adil, dan memiliki keahlian dalam jabatan.
5.
Keterampilan
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin antara lain keterampilan dalam
memimpin, dalam hubungan insane, dan dalam menilai
6.
Pendekatan
tentang teori munculnya pemimpin terdiri dari teori pertama, kedua, ketiga, dan
keempat.
7.
Pendekatan
dalam mempelajari kepemimpinan pendidikan antar lain pemdekatam sifat,
keperilakuan, dan pendekatam situasi.
8.
Pemimpinan
pendidikan adalah orang yang memilki kelebihan untuk mempengaruhi, mengajak,
mendorong, membimbing, menggerakkan dan mengkoordinasikan staf pendidikan
lainnya ke arah peningkatan mutu pendidikan
9.
Model-model
kepemimpinan dalam pendidikan antara lain kepemimpinan visioner dan
kepemimpinan transformasional
B.
Saran
1. Hendaknya para pemimpin, khususnya
pemimpin dalam bidang pendidikan dalam melaksanakan aktivitasnya
kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya berdasarkan pada
kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
2. Dalam membuat suatu rencana atau
manajemen pendidikan hendaknya para pemimpin memahami keadaan atau kemampuan
yang dimiliki oleh para bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai
dengan kemampuannya masing-masing
3. Pemimpin hendaknya memahami betul
akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
4. Dalam melaksanakan akvititasnya baik
pemimpin ataupun yang dipimpin menjalin suatu hubungan kerjsama yang saling
mendukung untuk tercapainya tujuan organisasi atau instnasi.
Syarat bagi pemimpin pendidikan,
dalam hal ini adalah kepala sekolah, adalah kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan harus dapat memimpin sekolah, bertanggung jawab
atas tercapainya tujuan sekolah, juga diharapkan
menjadi pemimpin dan inovator di sekolah. Oleh
sebab itu, seorang kepala sekolah hendaknya memiliki kualitas kepemimpinan
yang baik agar signifikan bagi keberhasilan sekolah.
Oleh karena itu seorang pemimpin
pendidikan harus memenuhi syarat-syarat untuk menjadi pemimpin, memiliki
keterampilan memimpin dan keterampilan hubungan insani serta menerapkan model
kepemimpinan yang baik sesuai dengan karakteristik dirinya, karena sesungguhnya
keberhasilan suatu lembaga pendidikan pada hakikatnya
terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan seorang pemimpin
tersebut.
Daftar Pustaka
Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan, (Malang : Bumi Aksara, 1994).
Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi,
(Bandung : Ossa Promo, 1999) h. 253.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan
Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995.\
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar